Madura Minahasa

Oleh: Dahlan Iskan

Madura Minahasa
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Jenderal Teddy berumur 51 tahun. Bulan depan, 23 November, hari ulang tahunnya.

Menjadi kapolda Jatim bagi Teddy ibarat ''pulang kampung''. Ayahnya, Madura. Ibunya, Tionghoa muslim, tinggal di Pasuruan.

Hanya saja ia lahir di Sulawesi Utara. Yakni saat orang tuanya merantau ke sana. Itulah sebabnya ada ''Minahasa Putra'' di bagian belakang namanya.

Saya sempat mengamatinya saat ia jadi kapolda Sumbar. Ia berhasil menangani gejolak besar tambang emas liar di sana. Kemampuan komunikasinya sangat baik.

Setelah terjadi peristiwa Sambo, ia mengadakan apel di Polda Sumbar. Ia mewanti-wanti anak buahnya.

"Berhati-hatilah melaksanakan tugas. Jangan gegabah. Jangan pamrih. Kalau ingin kaya jangan jadi polisi. Polisi itu pengabdian," katanya.

"Kerjalah dengan baik. Jangan berorientasi cari duit di sini. Asal kerja dengan baik rejeksi itu mengikuti," katanya.

"Jangan lagi ada yang jadi backing kejahatan, backing tokoh di balik peristiwa kejahatan. Masih banyak lahan lain yang lebih halal dan mulia. Yang lebih terhormat. Yang tidak merendahkan martabat Polri," katanya.

Irjen Teddy Minahasa agak tersisih. Dia memang bukan kelompok Ferdy Sambo. Baru setelah Sambo dibersihkan, dia mendapat tempat di polda kelas A: Kapolda Jatim.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News