Madura
Oleh Dhimam Abror Djuraid
Karakter masyarakat Madura yang sangat religius membuat aktivitas silaturahmi selama Lebaran sangat tinggi. Hal ini menjadi salah satu pemicu penularan virus yang dibawa pemudik dari luar Madura.
Banyaknya pengajian dan aktivitas keagamaan yang mengumpulkan massa besar menjadi faktor yang mempercepat penularan.
Ledakan penularan yang terjadi di Kudus, Jawa Tengah, juga terjadi karena aktivitas masyarakat yang tinggi dalam merayakan Idulfitri dan Lebaran Kupatan yang dirayakan seminggu setelah 1 Syawal. Dalam tradisi masyarakat Kudus, perayaan Kupatan justru lebih meriah dan semarak dibanding perayaan Idulfitri.
Kupatan dirayakan pada 7 Syawal. Dalam tradisi Islam, setelah selesai puasa Ramadhan ada puasa sunah Syawal selama enam hari. Sebagian masyarakat langsung melaksanakan berpuasa Syawal pada hari kedua Lebaran.
Pada hari ketujuh Syawal itulah masyarakat merayakan Kupatan dengan memasak ketupat dan aneka lauk-pauk. Pada kesempatan itulah masyarakat saling berkumpul, bersilaturahmi, dan berwisata.
Ledakan penularan di Kudus punya pola yang hampir sama dengan kasus Madura. Untuk melawan ledakan Covid-19, semua orang harus berjuang menerapkan disiplin prokes.
Menghadapi pandemi ini orang Kudus tidak kudus, dan orang Madura tidak sakti.(***)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Orang Madura terkenal humoris dan lucu. Namun, hari-hari ini perkembangan Covid-19 di Madura tidak ada yang lucu, bahkan mengkhawatirkan.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Sudah 50 Tahun di Indonesia, ChildFund Dorong Partisipasi Lebih Banyak Pihak
- 503 PPPK Terima SK, Hasan Chabibie: Pahami Posisi Anda sehinga Bisa Bekerja Profesional
- Jaga Hati
- Warga Kudus Jadi Korban Pencurian Modus Ganjal Kartu ATM, Uang Rp 993 Juta Raib
- Zeni
- Pilkada 2024, Hasto Mengakui PDIP Coba Berkomunikasi dengan Khofifah