Maestro Komponis Indonesia Itu Berpulang
Slamet Abdul Sjukur Dimakamkan Bersama Komposisi Berjudul 24 Maret
jpnn.com - Belantika musik Indonesia kehilangan sosok penting dan langka. Slamet Abdul Sjukur, sang maestro musik kontemporer Indonesia, telah berpulang kemarin. Di hati para murid dan pengagumnya, karya serta ilmu yang dia tinggalkan akan selalu abadi.
MENDUNG yang terus bergelayut di langit Selasa (24/3) seolah menggambarkan kesedihan mendalam dunia musik tanah air. Sebab, salah seorang komponis legendaris mengembuskan napas terakhirnya. Dialah Slamet Abdul Sjukur.
Pria berusia 80 tahun itu meninggal pada pukul 06.00 di RSUD dr Soetomo. Dunia musik pun terkejut. Ratusan murid, keluarga, dan teman berkabung. Mereka berkumpul di kediaman kakak perempuan sang maestro musik di Jalan Pirngadi Nomor 3, tempat jenazah Slamet disemayamkan. Air mata menetes di wajah setiap pelayat yang hadir.
Jenazah disalatkan tepat pukul 11.30. Namun, pemakaman sempat tertunda hingga pukul 14.00. Sebab, sang putri, Tiring Mayang Sari, masih berada dalam perjalanan dari Jakata. Setiba di Surabaya, Tiring disambut para pelayat. Tangis pun pecah. Semua memeluk dan menguatkan anak pertama Slamet itu.
Dengan berjalan kaki, Tiring mengiringi sang ayah hingga tempat pemakaman Islam Karang Tembok, Surabaya. Dengan mengenakan kerudung putih dan baju hitam, Tiring terus menunduk. Kesedihan tidak bisa lepas dari wajahnya.
Setelah jenazah dimasukkan ke liang lahad, selembar kertas putih turut dikubur bersamanya. Itulah wasiat Slamet. Dia ingin musik juga ditanam bersamanya. Salah seorang murid terdekatnya, Gema Swaratyagita, memberikan kertas komposisi musik berjudul 24 Maret itu.
Ya, judulnya persis dengan tanggal Slamet berpulang. Musik itu gubahan murid Slamet. Yakni, Jenny Rompas. Sebuah batu nisan sederhana menjadi saksi bahwa Slamet telah meninggalkan dunia musik. ”Mohon maafkan Bapak,” ujar Tiring dengan lirih sebelum meninggalkan pusara sang ayah.
Tiring pun kaget karena sang ayah begitu cepat meninggalkannya. Sepekan sebelumnya, dia sempat menjenguk Slamet ketika terbaring di rumah sakit. Namun, dia menyatakan telah ikhlas. Apalagi, sang ibu juga meninggal pada bulan yang sama. Maret delapan tahun lalu.
Belantika musik Indonesia kehilangan sosok penting dan langka. Slamet Abdul Sjukur, sang maestro musik kontemporer Indonesia, telah berpulang kemarin.
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor
- Pesantren Ala Kadarnya di Pulau Sebatik, Asa Santri di Perbatasan Negeri