Maestro Komponis Indonesia Itu Berpulang

Slamet Abdul Sjukur Dimakamkan Bersama Komposisi Berjudul 24 Maret

Maestro Komponis Indonesia Itu Berpulang
TINGGAL KENANGAN: Slamet Abdul Sjukur (Dipta Wahyu/Jawa Pos)

Selama ini, Slamet dikenal sebagai sosok sederhana. Setelah sang istri meninggal, dia memilih hidup sendiri. Makanan kesukaannya juga bukan roti keju dan wine ala Prancis. Melainkan sambal bawang merah dengan tempe dan telur penyet.

Ong Jong Hwie, salah seorang murid Slamet, mengatakan bahwa sang guru adalah pemusik sejati. Dia mengajar dengan gaya unik. Not balok diceritakan dengan gaya yang ringan. Mulai anak kecil hingga kalangan profesional musik bisa mudah memahami ilmu yang diberikan. ”Mengajar bikin melodi, ritme, dalam bentuk permainan. Semua bisa menangkap,” ungkapnya.

Meski predikat maestro telah disandang, Slamet bukan figur yang sombong. Bahkan, dia dikenal sangat sederhana oleh para muridnya. Meski sedih, Gema Swaratyagita, murid almarhum, juga mengaku lega. Sebab, dia dan para murid lain sempat memberikan ”hadiah” untuk sang guru. Sebuah konser persembahan terakhir. 

Yakni, menggelar penampilan pemungkasnya dengan sebuah konser pribadi berjudul Sluman, Slumun, Slamet. Konser itu digelar di tiga kota. Yakni, Surabaya, Jakarta, dan Jogjakarta. Tepat saat usiaSlamet 79 tahun pada Juni 2014. ”Waktu itu kami berpikir, kenapa tidak 80? Tapi, kami bikin itu. Entah firasat atau apa. Karya-karya beliau dimainkan. Ensambel, gamelan, paduan suara. Alat musik tradisional dan modern di-explore semua,” ungkapnya.

Gema pun mengatakan bahwa sang guru tidak mempermasalahkan jika selama ini karyanya justru mendapat apresiasi di luar negeri. Musiknya telah dimainkan banyak grup orkestra dari Malaysia, Hongkong, Denmark, Prancis, Jepang, Hungaria, Swiss, Jerman, dan banyak negara lain. Sementara itu, tidak cukup banyak penghargaan dari dalam negeri. 

Meski begitu, Slamet masih tetap mengajar untuk tanah air. Muridnya sudah tidak terhitung. Misalnya saja komponis ternama Tony Prabowo dan Otto Sidharta. Dia adalah bapak komponis Indonesia. ”Beliau bukan hanya milik Surabaya, tapi juga nasional dan internasional,” tutur dia.

Berbagai karangan bunga yang dikirim Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, dinas kesenian dan budaya, taman budaya, dewan kesenian, hingga Twilite Orchestra pun menjadi bukti bahwa sang maestro dikenal baik oleh banyak kalangan. Namun, karya-karyanya akan terus hidup. Selamat jalan, sang maestro… (Muniroh/c5/kim)


Belantika musik Indonesia kehilangan sosok penting dan langka. Slamet Abdul Sjukur, sang maestro musik kontemporer Indonesia, telah berpulang kemarin.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News