Maestro Komponis Indonesia Itu Berpulang

Slamet Abdul Sjukur Dimakamkan Bersama Komposisi Berjudul 24 Maret

Maestro Komponis Indonesia Itu Berpulang
TINGGAL KENANGAN: Slamet Abdul Sjukur (Dipta Wahyu/Jawa Pos)

Menurut dia, sang ayah adalah panutan sejati. Musik telah menjadi napas hidupnya. Semasa sang ayah hidup, Tiring ingat betul bagaimana Slamet menanamkan pentingnya berpikir positif. Setiap menatap matahari pagi, dia harus menghadapi dunia dengan senyuman.

Bahkan, di usia yang tidak lagi muda, Slamet semasa hidup masih aktif mengajar. Bukan hanya di Surabaya, tapi juga Jakarta. Selain itu, dia masih menyibukkan diri untuk mengarang lagu. Padahal, kakinya telah lama tidak bisa berfungsi normal.

Maklum, Slamet lahir dalam kondisi tidak sempurna. Polio menyerangnya. Kaki bagian kiri bukan asli. Namun, kaki itu pula yang membawanya berkeliling dunia. Setelah 14 tahun mengajar di Prancis, Slamet meninggalkan gemerlap Eropa untuk kembali ke Indonesia. Dia telah mengajar selama puluhan tahun dengan ribuan murid yang tidak lagi terhitung.

Elisawati Faried Kaspan, adik kandung almarhum, menambahkan, Slamet masuk rumah sakit sejak Senin (9/3). Awalnya, dia jatuh di kediaman sekaligus tempatnya mengajar di Jalan Keputran. Slamet mengeluhkan bahwa pinggang hingga kakinya sakit.          

Slamet sempat menolak dibawa ke rumah sakit. Sebab, ada seorang pemusik dari Jogja yang akan bertamu ke rumahnya. Begitulah Slamet. Meski sakit, dia tetap mementingkan orang lain. Setelah memastikan bahwa sang tamu bisa berkunjung ke rumah sakit, Slamet setuju untuk dibawa ke UGD RSUD dr Soetomo.

Selama berada di rumah sakit, Slamet masih seperti pribadinya yang biasa. Yakni, nyentrik, asyik, dan lucu. Dia pun sering mengajak para pembesuk berfoto bersama. Entah apakah itu firasat kepergiannya atau bukan. Yang jelas, tepat Sabtu lalu (21/3), kondisi Slamet mulai drop. 

Dia kesulitan bicara. Pria yang lahir pada 30 Juni itu menggunakan bahasa isyarat. ”Owo, owo, gitu ngomongnya. Rencana mau operasi. Padahal, sebelumnya masih bisa guyon sama murid-muridnya yang menjenguk,” ungkap Elisawati.

Akhirnya, tibalah saat itu. Slamet wafat di rumah sakit kemarin pagi. Perempuan yang akrab disapa Lis itu menyebut sang kakak mengabdikan hidupnya untuk mengajar musik. Perempuan 76 tahun tersebut mengungkapkan, Slamet meninggalkan dua anak dan dua cucu. Anaknya adalah Tiring dan Svara, sementara cucunya adalah Gema dan Bening. Slamet pun meninggal dengan musik. ”Kudangane (tembangan) Mbah dulu, cucuku bisa musik, sampai akhir kehidupan masih bermusik,” ujarnya.

Belantika musik Indonesia kehilangan sosok penting dan langka. Slamet Abdul Sjukur, sang maestro musik kontemporer Indonesia, telah berpulang kemarin.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News