Mahalnya Harga Sewa di Australia, Pelajar Internasional Rela Tinggal di Kamar Sempit

Kurang tersedianya akomodasi bagi mahasiswa dengan harga yang terjangkau telah dimanfaatkan sejumlah pemilik akomodasi untuk mengeksploitasi mahasiswa internasional, menurut sebuah laporan terbaru.
Banyak mahasiswa internasional yang mencari akomodasi secara online sebelum tiba di Australia dan rela untuk membayar mahal untuk memastikan mereka mendapat tempat tinggal.
Sayangnya, pemilik akomodasi tidak bisa diverifikasi dan tidak ada bukti pembayaran serta kontrak perjanjian penyewaan seperti seharusnya.
Laporan 'No Place Like Home' yang dibuat lembaga Human Rights Clinic dari University of New South Wales (UNSW) juga menemukan para pemilik akomodasi seringkali tiba-tiba menaikkan harga sewa, tapi menolak membuat dokumen secara legal.
"Ketika mereka tiba di Sydney, keadaan akomodasi lebih buruk dari yang dicantumkan di iklan," ujar Maria Nawaz, dosen sekaligus supervisor di UNSW dalam sebuah pernyataan.
"Seringkali mahasiswa internasional tidak dilindungi secara hukum sebagai penyewa dan menghadapi kesulitan untuk mendapatkan bantuan."

Jenis eksploitasi lainnya adalah pelecehan yang diterima dari pemilik akomodasi, bahkan diusir dari tempatnya menyewa.
- Industri Alas Kaki Indonesia Punya Potensi Besar, Kenapa Rawan PHK?
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Mungkinkah Paus Baru Datang dari Negara Non-Katolik?
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan