Mahasiswa dan Pemuda Harus Jadi Benteng NKRI dari Ancaman Radikalisme

Mahasiswa dan Pemuda Harus Jadi Benteng NKRI dari Ancaman Radikalisme
Ketua Umum PP GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas. Foto: Ricardo/JPNN

Yaitu ada internal negara untuk kepentingan mereka seperti untuk mengonsolidasi umat Islam untuk merebut kekuasaan.

"Agar tidak muncul spekulasi itu, ya secepatnya HTI harus dibubarkan. Toh mereka itu gak ngaruh dan nggak punya jasa sama sekali pada republik ini," tukas Gus Tutut.

Yaqut menilai kampus adalah tempat paling mudah dimasukan gerakan radikal. Karena itu, Ansor pelan-pelan masuk ke dunia kampus, yang selama ini belum pernah dimasuki.

Sebagai langkah pertama, GP Ansor menggelar Ansor Day di kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Sabtu (29/4).

Yaqut berharap, langkah ini akan terus melebar ke kampus-kampus lain dalam menyuarakan persatuan dan kedamaian NKRI sekaligus menyadarkan mahasiswa dengan bahaya radikalisme dan terorisme yang berada di sekeliling mereka.

"Ini baru langkah awal. Mudah-mudahan seterusnya kita masuk kampus lain. supaya sama-sama kita bendung kelompok radikal anti-NKRI," tegas Gus Tutut.

Dia menilai mudah masuknya paham radikal ke mahasiswa dan generasi muda karena saat ini kolektivitas sosial mereka mulai berkurang akibat lebih banyak menghabiskan waktu dengan gagdet.

Hal itu membuat hubungan antar mahasiswa dan generasi muda menjadi renggang sehingga mereka tidak mempunyai filter untuk menghadapi propaganda radikalisme.

Mahasiswa dan generasi muda Indonesia wajib memiliki pertahanan diri dalam menghadapi serangan paham radikal terorisme.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News