Mahasiswa di Jember Ditantang Wujudkan Lumbung Pangan Dunia

Mahasiswa di Jember Ditantang Wujudkan Lumbung Pangan Dunia
Mentan Amran saat memberikan kuliah umum di Universitas Jember. Foto: Istimewa

Amran juga mendorong peneliti pertanian lebih giat melakukan riset dan berinovasi untuk memajukan pertanian nasional, serta meningkatkan kesejahteraan petani.

"Kemudian deregulasi. Dulu izin pertanian tiga bulan, bahkan ada dua tahun, tiga tahun. Kami buat Satu Padu. Dalam satu jam selesai, bahkan cukup dari rumah," imbuhnya.

Selanjutnya, memaksimalkan lahan menganggur, seperti tadah hujan. Tujuannya, meningkatkan produksi dalam negeri serta merealisasikan visi Lumbung Pangan Dunia 2045.

Kementerian Pertanian juga mengembangkan pertanian di daerah-daerah perbatasan sebagai lumbung pangan yaitu di Lingga, Belu, Malaka, Merauke, dan Entikong.

Dengan begitu, mempermudah ekspor pangan, khususnya ke negeri jiran. Harga pangan juga mulai stabil. "Sebelum Jokowi-JK, harga beras Rp 50 ribu -Rp 80 ribu di Merauke. Hari ini Rp 8 ribu," bebernya.

Amran mengungkapkan, banyak capaian terukir buah dari terobosan tersebut. Misalnya, berhasil menutup keran impor beras dan jagung. Bahkan, sudah diekspor ke berbagai negara, termasuk bawang merah. "Dalam sejarah pertanian 72 tahun, kita tembus ekspor ayam ke Jepang," lanjutnya.

Sementara itu, Rektor Universitas Jember, Moh Hasan, berharap, Kementerian Pertanian konsisten melakukan modernisasi pertanian, memaksimalkan lahan suboptimal, dan upaya-upaya lainnya. "Mudah-mudahan ikhtiar dapat ridho dan petunjuk-Nya," katanya.

Dia menyatakan demikian, mengingat pangan bakal menjadi persoalan besar saat pemerintah tak bisa memenuhi kebutuhan penduduknya.

Mentan Amran menekankan peran mahasiswa sebagai generasi muda dalam memajukan pertanian berbasis teknologi sehingga Indonesia menjadi lumbung pangan dunia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News