Mahmoed Marzuki, Kaki Diikat, Kepalanya di Bawah, Dicambuk

Kisah Pahlawan yang Wafat di Usia Muda

Mahmoed Marzuki, Kaki Diikat, Kepalanya di Bawah, Dicambuk
Seorang bocah membawa Bendera Merah Putih di Sungai Kalianyar, Solo, Kamis, 17 Agustus 2017. Ilustrasi Foto: Arief Budiman/Radar Solo/JPNN.com

Bahkan, sudah ada dibuat biografi Mahmoed Marzuki oleh kakeknya yang bekerja sama dengan Universitas Riau.

Soal kisah perjuangan semasa hidup kata Silvia, memang menyayat hati. Seperti siksaan yang diberikan oleh penjajah.

"Kisahnya memang sedih. Mengiris hati. Sempat disiksa. Pernah disiram air panas. Diikat kakinya, kepala di bawah. Dicambuk. Kejam lah pokoknya," kata dia.

"Perjuangan itu sekitar tahun 1941. Mulai dia berorganisasi sejak pulang dari pendidikan di India," kata Silvia mengingat. Di India dan Malaysia, nama Mahmoed Marzuki cukup terkenal.

Silvia juga menceritakan sekilas tentang keluarga Mahmoed Marzuki ini. Katanya, kakek buyutnya ini memiliki dua istri.

Di istri pertama, Mahmoed Marzuki memiliki empat anak. "Saya cicit dari anak yang nomor satu di istri pertama ini," kata dia.

Kemudian dengan istri kedua, Mahmoed Marzuki memiliki tiga orang anak. Namun anak-anaknya ini sudah banyak yang meninggal.

Kalaupun ada, sudah tidak diketahui lagi keberadaannya. "Cucunya ada juga yang di Jawa. Kami dulu juga di Jakarta," ujarnya.

Di Riau, Kampar khususnya, Mahmoed Marzuki membentuk semacam pergerakan pejuang. Anggotanya ada juga yang tergabung dalam Harimau Kampar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News