Sosialisasi Empat Pilar MPR RI

Mahyudin Memaparkan Tantangan dan Etika Kehidupan Berbangsa

Mahyudin Memaparkan Tantangan dan Etika Kehidupan Berbangsa
Wakil Ketua MPR RI Mahyudin menjadi pembicara kunci pada acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Aula SMK Negeri 1 Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, Selasa (9/10/2018). Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, PASER - Dalam rangkaian kunjungan kerjanya di Provinsi Kalimantan Timur, Wakil Ketua MPR RI Mahyudin menjadi pembicara kunci pada acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Aula SMK Negeri 1 Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, Selasa (9/10/2018).

Di hadapan ratusan peserta Sosialisasi Empat Pilar MPR dari kalangan pelajar, mahasiswa, kepala desa, dan masyarakat umum, Mahyudin mengupas tentang beberapa hal penting seputar tantangan kebangsaan yang dihadapi bangsa baik dari internal dan eksternal sesuai TAP MPR No. VI Tahun 2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

Menurut Mahyudin, tantangan kebangsaan dari internal yang mengkhawatirkan adalah lemahnya penghayatan agama dan munculnya pemahaman agama yang keliru dan sempit. Hal tersebut akan melahirkan pemahaman radikal yang memvonis selain kelompoknya adalah salah dan wajib diperangi.

Mahyudin Memaparkan Tantangan dan Etika Kehidupan Berbangsa

"Pemahaman sempit ini pada akhirnya menimbulkan aksi terorisme yang bukan hanya merugikan diri sendiri, juga merugikan bangsa dengan munculnya korban jiwa ketakutan serta rasa tidak aman," katanya.

Diungkapkan Mahyudin, hal tersebut terutama muncul pasca reformasi bergulir dimana Pancasila seperti ditinggalkan bahkan kurikulum sekolah menghilangkan mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila sehingga banyak rakyat terutama generasi muda tidak lagi direfresh tentang moral Pancasila.

"Berkurangnya pemahaman Pancasila ditambah era keterbukaan, masuklah berbagai pemahaman agama yang sempit dan merasuk ke dalam diri sebagian masyarakat Indonesia yang kebetulan belajar agamanya hanya dari internet bukan dari guru, ulama dan kyai secara langsung sehingga banyak salah memahami," ujarnya.

Dari eksternal, tantangan kebangsaan yang wajib diwaspadai adalah pengaruh globalisasi kehidupan yang semakin meluas dan persaingan antar bangsa yang semakin tajam yang masuk melalui kemajuan teknologi informasi seperti media sosial, internet, game online yang luar biasa tidak terbendung.

Kemajuan teknologi informasi modern tersebut jika tidak disikapi dengan bijak, maka teknologi tersebut akan berdampak merusak sendi-sendi kebangsaan Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News