Mahyudin: Pemerintah Harus Fokus Pada Pendidikan

Mahyudin: Pemerintah Harus Fokus Pada Pendidikan
Wakil Ketua MPR RI Mahyudin mendapat sambutan mereiah dari siswa-siswi SDN 007 Sangatta Selatan, Kutai Timur, Kalimantan Timur, Senin (13/11). Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, KUTAI TIMUR - Wakil Ketua MPR RI Mahyudin datang ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 007 Sangatta Selatan, Kutai Timur, Kalimantan Timur, Senin (13/11). Kehadiran Mahyudin disambut siswa-siswi SDN 007. Mereka bahkan berebut cium tangan dan tarian Toraja untuk menjemput tamu terhormat dari tiga penari cilik.

Kehadiran Mahyudin dalam rangka menyerahkan bantuan perlengkapan sekolah kepada siswa SDN 007 Sangatta Selatan. Hadir dalam penyerahan bantuan ini Ketua DPRD Kalimantan Timur Mahyunadi, Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah Dinas Pendidikan Kalimantan Timur Tri Untiastuti, Kepala SDN 007 Sangatta Selatan, Siswati.

Dalam kesempatan itu, Mahyudin meminta kepada pemerintah untuk memperhatikan pendidikan. Dalam pendidikan, Indonesia tertinggal 40 tahun dari negara maju. Tiongkok memprioritaskan pendidikan. Mereka membangun sumber daya manusia. Tiongkok sudah bisa membuat chip. Indonesia belum bisa seperti Tiongkok. "Karena itu pendidikan harus menjadi perhatian," katanya.

Mahyudin mengungkapkan banyak masalah dalam pendidikan. Pertama, pola pikir para guru. Tugas guru bukan hanya mengajar tapi juga mendidik. Mengajar berbeda dengan mendidik.

Mengajar adalah menurunkan atau menularkan ilmu pengetahuan. Sedangkan mendidik adalah membentuk karakter seorang anak didik untuk mandiri dan berhasil dalam hidupnya. "Perlu kepedulian atau care dalam pendidikan. Guru tidak hanya mengajar tapi juga mendidik," jelasnya.

Kedua, persoalan anggaran. Anggaran pendidikan yang saat ini 20 persen dari APBN atau APBD perlu ditambah. "Ke depan anggaran pendidikan perlu dinaikkan menjadi 25 persen," ujarnya.

Ketiga, Program Indonesia Pintar perlu dievaluasi. Bantuan rutin sebesar Rp 425 ribu kepada siswa dalam program ini tidak dimanfaatkan untuk membeli keperluan sekolah. "Di lapangan, uang bantuan itu untuk membeli kebutuhan pokok seperti beras. Kenapa? Karena kemiskinan. (Kemiskinan) inilah yang harus diatasi," kata Mahyudin.

Keempat, persoalan pemerataan pendidikan. Saat ini terjadi disparitas pendidikan antara pusat dan daerah. Ujian Nasional (UN) untuk mengetahui pemerataan pendidikan secara nasional. Namun Mahyudin berpendapat UN tidak perlu dilakukan setiap tahun karena UN tidak menentukan kelulusan siswa.

Dalam pendidikan, Indonesia tertinggal 40 tahun dari negara maju. Tiongkok memprioritaskan pendidikan. Mereka membangun sumber daya manusia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News