Mak Edi

Oleh: Dahlan Iskan

Mak Edi
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Ia intelektual Islam yang sering bicara langsung pada pokok persoalan. Di dirinya, iklim ilmiah tidak tenggelam oleh kalimat-kalimat basa-basi yang mubazir.

Perintis jalan lainnya adalah Prof Harun Nasution. "Prof Harun-lah yang menyadarkan kita bahwa dalam Islam begitu banyak aliran dan kita menjadi bisa menerima perbedaan itu," ujar Prof Komar.

Maka ketika para dosen muda UIN dikirim belajar ke Barat, tidak ada lagi yang terkejut. Tidak ada lagi yang gegar budaya.

"Kita-kita belajar ke Barat tidak lagi dengan perasaan was-was, curiga, dan kehati-hatian yang kelewat tinggi," ujar Prof Komar.

Tentu jasa intelektual pembaharu pemikiran Islam seperti Nurcholish Madjid dan Dawan Rahardjo juga sangat besar. Keilmuan membuat mudah menerima perbedaan.

"Saya kehilangan sekali," ujar Prof Komar tentang meninggalnya Prof Azra. Tetapi dua mantan rektor UIN Ciputat itu sudah melahirkan intelektual muda Islam generasi berikutnya: banyak.

Misalnya, Prof Dr Mulyadhi Kertanegara, alumni Universitas Chicago, dari departemen filsafat. Di situ ia jadi penerus Cak Nur dalam bidang filsafat Islam.

Ada Prof Dr Jamhari Makruf, alumni ANU, antropologi. Ada Prof Dr Saiful Mujani, Ohio State University di ilmu politik. Juga Prof Oman Fathurrohman, doktor dari UI yang pakar filologi, pakar studi naskah kuno Nusantara.

Di Barat, Islam Nusantara dikenal karena Prof Dr Azyumardi Azra yang meninggal dunia 18 September lalu. Salah satunya berkat bukunya yang terkenal ini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News