Mantan PM Sebut Inggris Calon Negara Gagal

Mantan PM Sebut Inggris Calon Negara Gagal
Dokumentasi: Warga mengantre di luar toko swalayan Waitrose and Partners, di tengah penyebaran COVID-19), di Balham, London, Inggris, Selasa (22/12/2020). Foto: ANTARA /REUTERS/Hannah McKay/WSJ/cfo

jpnn.com, LONDON - Inggris, jika tidak direformasi secara fundamental, akan bisa dengan cepat menjadi negara gagal karena banyak orang kehilangan kepercayaan pada cara pemerintah mengatur negara. Penilaian tersebut disampaikan mantan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown.

Brown menilai Inggris telah dikelola dengan cara yang berfokus untuk kepentingan kalangan elite London.

"Saya yakin pilihannya untuk Inggris sekarang adalah antara menjadi negara yang direformasi atau negara yang gagal. Memang Skotlandia adalah titik di mana ketidakpuasan begitu dalam sehingga menjadi ancaman bagi berakhirnya Inggris Raya," tulis Brown di surat kabar Daily Telegraph.

"'Siapa di London yang memikirkan hal itu?' Itu adalah suatu pertanyaan umum yang sering diulang, yang mencerminkan rasa frustrasi orang-orang di komunitas terpencil yang merasa bahwa mereka adalah orang-orang yang terlupakan, yang hampir tidak terlihat oleh Whitehall (pemerintah Inggris, red)," tulis Brown.

Brown menjabat sebagai perdana menteri Inggris dari Partai Buruh pada periode 2007 hingga 2010.

Istilah 'Whitehall' tidak hanya mengacu pada situs bekas Istana Whitehall, tetapi juga pada lembaga birokrasi pemerintah Inggris secara umum.

Krisis Brexit --pemisahan Inggris dari Uni Eropa-- yang berlangsung selama lima tahun, ditambah krisis COVID-19, telah melemahkan hubungan yang mengikat Inggris, Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara menjadi ekonomi dengan nilai ekonomi tiga triliun dolar AS.

Brown mengatakan Perdana Menteri Boris Johnson harus mereformasi cara pemerintahan Inggris dijalankan.

Brown menjabat sebagai perdana menteri Inggris dari Partai Buruh pada periode 2007 hingga 2010

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News