Martir Minoritas

Oleh: Dahlan Iskan

Martir Minoritas
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Globalisasi, majunya teknologi informasi dan kesulitan ekonomi akibat blokade Amerika membuat dukungan pada Mahsa sangat besar. Protes pun meluas. Ke banyak kota.

Mahsa dianggap sebagai martir gerakan perempuan. Termasuk dari putri mantan Presiden Iran Hashemi Rafsanjani.

Ia Ayatollah intelektual. Ia tangan kanan Ayatollah Khomeini. Rafsanjani memang tokoh yang menginginkan Iran menjadi negara moderat.

Begitu besar harapan agar gerakan itu berhasil mengubah Iran. Terutama dari kelompok pro-demokrasi. Sudah begitu banyak yang optimistis rezim Iran kali ini pasti tumbang. Gerakan ini sangat besar. Meluas.

Ternyata belum bisa berhasil. Setidaknya bisa diredam.

Kelihatannya gerakan wanita ini dipadamkan lewat dua cara: lewat para imam dan polisi/tentara. Para imam mengerahkan demo tandingan. Lebih besar. Sebanyak yang protes masih lebih banyak yang ikut apa kata imam di sana.

Terjadilah bentrok. Banyak yang tewas. Dari kedua belah pihak. Ada yang menyebut sampai 76 orang. Angka resmi menyebut 45 orang.

Penangkapan pun dilakukan secara luas. Putri Rafsanjani termasuk yang ditangkap. Dari kalangan wartawan ada 20 orang yang diringkus.

Awalnya keadaan di Iran memang seperti sangat gawat. Kesan saya: seperti kerusuhan 1998 di Jakarta, apalagi informasi yang masuk ke saya sangat serius.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News