Martir Minoritas

Oleh: Dahlan Iskan

Martir Minoritas
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Peristiwa ini jadi ujian terberat bagi Presiden Raisi. Ia baru terpilih tahun lalu. Mengalahkan incumbent Ayatollah Rouhani yang moderat.

Presiden Raisi punya posisi politik yang sangat khusus. Ia ulama terkemuka. Ahli hukum Islam.

Raisi disebut-sebut sebagai calon terkuat untuk menjadi pemimpin tertinggi Iran –ketika Ayatollah Khamenei mengundurkan diri atau meninggal dunia.

Polisi mengatakan Mahsa memang punya sakit jantung. Ia terjatuh ketika dirazia akibat jantungnyi bermasalah, tetapi pendukungnyi mengatakan dia dipukuli dan mengalami luka-luka.

Presiden Raisi menjanjikan untuk melakukan penyelidikan independen atas kematian Mahsa. Yang salah akan ditindak, tetapi Iran tidak boleh hancur.

Mahsa telah meninggal dunia. Demikian juga 45 atau 70 orang lainnya. Tuntutan demokrasi terus tumbuh –pun di negara seperti Iran. Atau Arab Saudi. Atau Tiongkok. Apalagi Indonesia.

Agama, kerajaan, komunis, dan bentuk apa pun lagi ditantang ideologi baru: kesejahteraan.

Mungkin Mahsa dianggap salah satu musuh negara. Namun, musuh sekalipun harus dijaga keselamatannya.

Awalnya keadaan di Iran memang seperti sangat gawat. Kesan saya: seperti kerusuhan 1998 di Jakarta, apalagi informasi yang masuk ke saya sangat serius.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News