Masalah Sepele kok Ortu Murid Tega Mencukur Paksa Rambut Guru, Keterlaluan!

Masalah Sepele kok Ortu Murid Tega Mencukur Paksa Rambut Guru, Keterlaluan!
Masalah Sepele kok Ortu Murid Tega Mencukur Paksa Rambut Guru, Keterlaluan! Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

"Kami menyesalkan ortu tak menghargai martabat guru. Namun, kami juga menyayangkan hukuman mencukur rambut anak asal-asalan, masih berkembang di sekolah. Mendisiplinkan itu tujuannya bukan mempermalukan anak, melainkan pengembangan perilaku," lanjut Satriwan.

3. Kepala Bidang Advokasi Guru P2G, Iman Zanatul Haeri mendorong perlunya sosialisasi aturan sekolah kepada ortu dan siswa secara intensif. Ortu harus sering-sering berkomunikasi dengan guru dan wali kelas dalam membimbing dan mengawasi anak. 

"Kejadian ini kan menjadi indikasi terhambatnya komunikasi antara guru, siswa, dan orang tua," kata Iman.

P2G mendorong harus dimulainya gerakan transformatif oleh sekolah. Seperti libatkan anak dan orang tua siswa dalam membuat aturan disiplin sekolah.

Jangan lagi aturan hanya dibuat eksklusif oleh guru. Siswa dan ortu pasif menerima saja. Harus ada kesepakatan bermakna. 

"Jika itu dilakukan, maka akan terbentuk ekosistem sekolah yang demokratis, dialogis, dan partisipatif," jelas Iman.

Tidak seperti sekarang, di mana aturan sekolah masih dirasakan semata-mata sebagai alat untuk menghukum siswa. 

4. Cara pandang pemberian sanksi bagi siswa, seperti yang berambut panjang tidak bisa lagi dengan cara-cara lama, yaitu rambut siswa dipotong dengan asal-asalan oleh guru. 

Hanya karena masalah sepele, kok, ortu murid SD tega mencukur paksa rambut guru, keterlaluan!

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News