Mata Mustafa Sudah Rabun, Tetap Melaut Demi Enam Anaknya

Mata Mustafa Sudah Rabun, Tetap Melaut Demi Enam Anaknya
Mustafa Tanoi (ketiga dari kanan, berkaus biru)) bersama istri dan anak-anaknya didampingi sejumlah anggota Komunitas Kasbi di depan rumah mereka, Minggu (27/8). Foto: SAHRIL SAMAD/MALUT POST/JPNN.com

jpnn.com - Mustafa Tanoi merupakan nelayan yang matanya sudah rabun. Setiap hari, ia harus memutar otak memberi makan istri dan anak-anak yang masih kecil-kecil.

Belum lagi kebutuhan sekolah mereka. Tak ayal, meski matanya sudah rabun, Mustafa tetap memaksakan diri melaut demi keluarganya.

SAHRIL SAMAD, Labuha

Rumah di Desa Nondang, Kecamatan Bacan Barat, Halmahera Selatan, Malut, itu amat sangat sederhana. Berlantai tanah, berdinding separuh pelepah nipah-separuh papan.

Atapnya daun rumbia yang mulai bocor di sana sini. Di rumah sederhana itu, Mustafa Tanoi, 67, hidup bersama istrinya Marlina Kayun, 63, dan keenam anak mereka.

Mustafa hanyalah seorang nelayan miskin. Pendapatannya tak menentu. Sehari-hari, ia melaut menggunakan sampan mungil. Ikan-ikan yang didapat untuk makan keluarganya.

Jika hasil tangkap berlebihan, ia menjualnya untuk tambahan uang sekolah anak. Dengan cara itulah keluarga ini menyambung hidup mereka sehari-hari.

Malangnya, Mustafa sendiri sudah tak dalam kondisi fisik yang prima. Sudah beberapa tahun belakangan ia mengalami rabun jauh.

Mustafa Tanoi merupakan nelayan yang matanya sudah rabun. Setiap hari, ia harus memutar otak memberi makan istri dan anak-anak yang masih kecil-kecil.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News