Mata Mustafa Sudah Rabun, Tetap Melaut Demi Enam Anaknya

Mata Mustafa Sudah Rabun, Tetap Melaut Demi Enam Anaknya
Mustafa Tanoi (ketiga dari kanan, berkaus biru)) bersama istri dan anak-anaknya didampingi sejumlah anggota Komunitas Kasbi di depan rumah mereka, Minggu (27/8). Foto: SAHRIL SAMAD/MALUT POST/JPNN.com

Ia tak punya pilihan lain selain melaut. Pasalnya, kebun untuk bercocok tanam pun tak punya. ”Kalau tidak melaut, kita makan apa? Sementara anak saya ada enam orang," ucapnya.

Mustafa berasal dari Papua. Ia meninggalkan kampung halamannya dan merantau ke Maluku Utara belasan tahun silam.

Bertemu Marlina membuatnya memutuskan untuk menetap di Halsel dan membina rumah tangga.

Di balik beban yang selalu menghantui tidurnya, Mustafa selalu ingin meyakinkan keluarganya bahwa semuanya baik-baik saja. Kerap kali ia berkata, “Iya, nanti semua Ayah bereskan."

Meski dadanya bergemuruh kencang dan otaknya berputar mencari jalan untuk membereskan janji-janjinya.

"Saya meyakini bahwa Allah tidak akan menguji seorang hamba kecuali sebatas hamba tersebut mampu memikulnya. Itu yang tertanam dalam benak saya," ungkap Mustafa.

Berprasangka baik pada Yang Maha Kuasa-lah yang menguatkan Mustafa dan Marlina menghadapi kehidupan mereka.

Meski berat meniti hari-hari tanpa kepastian nasib, mereka yakin akan selalu ada jalan rezeki. Seperti kedatangan Komunitas Kasbi kemarin misalnya.

Mustafa Tanoi merupakan nelayan yang matanya sudah rabun. Setiap hari, ia harus memutar otak memberi makan istri dan anak-anak yang masih kecil-kecil.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News