Megawati Sempat Peringati Presiden AS agar Tidak Menyerang Irak

Megawati Sempat Peringati Presiden AS agar Tidak Menyerang Irak
Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri saat memberikan sambutan secara virtual dalam opening ceremonu acara 'Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective', di Gedung ANRI, Jakarta, Senin (7/11). Foto: DPP PDIP

Bung Karno juga menegaskan masa depan dunia tidak boleh ditentukan hanya oleh negara yang memiliki Hak Veto di PBB. Setiap bangsa harusnya diberi kehormatan yang sama.

“Berbagai perubahan fundamental atas lembaga dunia PBB tersebut sangat diperlukan karena Perserikatan Bangsa-Bangsa dinilai sudah tidak mampu meredam konflik. Padahal kan sebenarnya, kalau bisa yang memutuskan itu PBB,” kata Megawati.

Dari contoh itu, Megawati menilai wajar jika dianggap PBB tidak bisa lagi meredam konflik. Apalagi dengan makin meningkatnya teknologi, termasuk sebagai ancaman senjata pemusnah.

“Jadi, alatnya itu harus cepat dan akibatnya massal, seperti kita tahu Hiroshima-Nagasaki itu percobaan, tetapi telak, ya, dan sampai hari ini dampaknya masih sangat terlihat. Seperti apa rakyat Jepang yang tidak berdosa harus menerima penderitaannya, akibat radiasi,” ujarnya.

Lebih lanjut Megawati mengatakan struktur PBB dianggap sudah tidak relevan. Sebab struktur Dewan Keamanan PBB tidak sesuai lagi dengan cara pandang seperti pada 1960 di mana solidaritas, kerja sama antarbangsa, dan pembangunan ekonomi lebih dikedepankan.

“Tidak lagi melihat siapa kamu, siapa dia, kamu harusnya begini, sana harusnya begitu, sehingga umat manusia itu juga bisa bersama. Jadi, saya berkeyakinan bahwa apa yang telah disampaikan oleh Bung Karno sebagai Bapak Bangsa itu, pikirannya itu lho sampai begitu multidimention. Dia ikuti dan itu tentu perasan, gemblengan waktu ke luar-masuk penjara, dibuang dan lain sebagainya juga bukan berarti mengecilkan founding fathers yang lain, tidak. Tetapi, kan, kelihatan ekstraksinya, sehingga bisa memberikan sebuah jalan pikir,” beber Megawati.

Namun anehnya, lanjut Megawati, kebesaran seorang Soekarno di dunia itu, justru hilang di Indonesia. Hal itu terjadi sejak 1965 yang disebut program de-Soekarnoisasi.

“Bayangkan, sampai saya pikir aduh sayang banget, ya, sebuah pikiran-pikiran dari orang yang dilahirkan di dunia ini, diabaikan oleh bangsanya begitu saja. Kita lalu pemikir-pemikir katanya, pengamat politik, itu sampai ambillah dari luar negeri. Saya pikir lucu, deh, orang Indonesia ini. Saya cuma suka berpikir begitu saja, padahal ada mutiara, kupikir. Ini diabaikan sekian tahun oleh bangsa Indonesia. (Padahal) This is history, our nation history,” pungkasnya. (Tan/jpnn)


Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri menerangkan sebagai presiden memiliki misi membawa semangat Pancasila dan Dasa Sila Bandung hasil KAA.


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News