Mekanisasi Pertanian Jadi Solusi Kekurangan Tenaga Kerja

Mekanisasi Pertanian Jadi Solusi Kekurangan Tenaga Kerja
Petani di sawah. Foto: Kementan

"Dampak nyata adanya kelangkaan dan usia lanjut tenaga petani untuk mendukung budi daya tanaman padi adalah rendahnya kapasitas kerja tanam padi per satuan luas lahan dan mahalnya biaya tanam," ungkapnya.

Masalah yang muncul pada kegiatan tanam dapat ditangani dengan menerapkan mesin tanam pindah bibit (transplanter) padi. Mesin transplanter adalah sebagai solusi peningkatan kerja kegiatan tanam padi.

"Hemat tenaga kerja, mempercepat waktu penyelesaian kerja tanam per satuan luas lahan. Faktor tersebut akhirnya mampu menurunkan biaya produksi budi daya padi," ungkap Dadih Permana.

Sementara itu, Direktur Alat dan Mesin Pertanian Andi Nur Alam Syah mengungkapkan, dampak nyata penggunaan mesin tanam padi ini, terlihat dari hasil pengamatan di tingkat petani.

Pengguna mesin transplanter menunjukkan bahwa rata-rata kinerja 1 mesin transplanter dengan satu  orang operator dan dua asistennya dapat menggantikan antara 15 hingga 27 hari orang kerja (HOK). Sedangkan kemampuan kerja tanam mencapai satu hingga 1,2 hektare per hari.

"Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Kementan telah menghasilkan mesin transplanter yang dinamai mesin transplanter Jarwo 2:1. Secara umum, rata-rata biaya tanam padi secara manual sekitar Rp 1,72 juta per hektare, sedangkan dengan mesin transplanter Jarwo 2:1 sekitar Rp 1,1 juta per hektare," ujar Andi.

Keuntungan lain dari cara tanam dengan mesin transplanter munculnya usaha pembibitan padi.

Sebab, mesin memerlukan bibit khusus, yaitu umur bibit harus kurang dari 18 hari dan bibit harus ditaruh pada kotak mesin (tipe dapog) sesuai ukuran mesinnya. Rata-rata kebutuhan bibit sebanyak 250 sampai 300 dapog per hektare.

Program mekanisasi pertanian Kementerian Pertanian (Kementan) tidak hanya meningkatkan produksi pangan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News