Meliuk-liuk di Sumba

Meliuk-liuk di Sumba
Dahlan Iskan.

Dalam hati sih saya berhoreee… gak perlu cari sewaan mobil. Yang juga tidak tahu di mana ada sewaan itu.

”Pak Dahlan pakai saja… berapa hari pun silakan…,” katanya. ”Toh saya ke Kupang… mobil ini nganggur … justru saya minta maaf tidak bisa menemani,” tambahnya.

”Tapi … bolehkah saya sopirinya sendiri saja? Tidak perlu sopir?,” tanya saya.

Herry terheran-heran. Tapi rupanya ia tahu kebiasaan saya di Sumba. Waktu jadi menteri pun saya sering membawa mobil sendiri.

Pernah tabrakan di tikungan dekat peternakan. Pernah juga bannya kempes di tengah sabana. Saat kembali dari ladang penari langitnya Ricky Elson. Di Sumba Timur.

Tidak ada ban serep. Mobil saya paksa meneruskan perjalanan. Dengan ban kempes. Sampai peleknya tidak bisa dipakai lagi.

”Hati-hati, ya pak… ini Sumba. Jalannya berliku-liku. Mobil ini pakai kopling. Pak Dahlan kan biasa mobil matic,” pesan Herry.

Herry adalah pengusaha muda. Teman jarak jauh Bobby Liono yang ketemu saya di Bandara Ngurah Rai itu. Yang awalnya benci bapaknya itu.

Saya ingin: lebih banyak lagi orang datang ke Sumba. Mencari inspirasi. Memperkaya jiwa. Mengasah nurani. Melupakan dunia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News