Melli Darsa: Negara Maju karena Perempuan Berdaya

Melli Darsa: Negara Maju karena Perempuan Berdaya
Diskusi Perempuan dan Keadilan di Indonesia yang digelar FHUI Empowerment bersama Jurnal Perempuan. Foto: dok pribadi for JPNN

“Melindungi perempuan bukan dengan cara menyingkirkan atau menempatkannya sebagai manusia lemah. Kita membutuhkan ‘lahan yang subur’ untuk membangun kesetaraan gender,” kata Atnike.

Sementara itu, menurut Dosen Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera, Bivitri Susanti, wajah demokrasi Indonesia sesungguhnya telah menunjukkan kesetaraan gender pasca Undang-Undang Pemilu mewajibkan partai politik untuk mengusung minimal 30 persen calon legislatif perempuan.

Seperti diketahui, pada 2019 aturan tersebut turut mendongkrak jumlah legislator perempuan di DPR menjadi 117 anggota, di mana pada 2014 hanya berjumlah 97 anggota. Permasalahannya, lanjut Bivitri, muncul pertanyaan apakah peningkatan jumlah legislator perempuan yang ada benar-benar mampu memberikan dampak pada produk legislasi yang adil bagi perempuan.

“Peningkatan jumlah anggota DPR perempuan ini kadang hanya sekadar angka. Karena ada anggota DPR perempuan yang tidak paham soal gender. Contoh konkretnya adalah RUU Ketahanan Keluarga,” ujar Bivitri.

Senada dengan Bivitri, Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Gandjar Laksmana Bonaprapta menuturkan, dalam hukum pidana sebenarnya tidak terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Bahkan jika dibedah, hukum pidana Indonesia justru lebih melindungi perempuan dibandingkan laki-laki.

“Dalam hukum pidana perempuan dan laki-laki tidak dibedakan. Perempuan lebih dilindungi dan dengan kemampuan persuasif yang dimiliki, perempuan justru lebih efektif pada kampanye pencegahan, misalnya seperti pencegahan korupsi,” kata Gandjar.

Di ujung diskusi, Pengajar Kajian Filsafat dan Feminis, Rocky Gerung mengungkapkan, hingga saat ini fakta menunjukkan jika perempuan masih sering diposisikan lebih rendah dari laki-laki. Bahkan dalam banyak produk hukum, terang Rocky, masih lebih diutamakan kepentingan laki-laki dibandingkan perempuan.

“Padahal Indonesia didirikan atas kesetaraan gender. Tapi ada kultur yang memicu patriarki mengeksploitasi perempuan,” pungkas Rocky. (dil/jpnn)

Komunitas Alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) yang dikenal juga dengan FHUI Empowerment, berkolaborasi dengan Jurnal Perempuan menggelar diskusi


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News