Melorot Karena Sewot

Melorot Karena Sewot
Dahlan Iskan. Ilustrasi: Jawa Pos

Di Amerika peristiwa sewot ini menggoncangkan Wall Street. Bahkan sampai ada yang mempertanyakan: pantaskah Elon Musk menjadi seorang CEO? Bukan sudah waktunyakah Tesla punya CEO baru?

Para die-hard Elon Musk tidak terima. Mereka menyerang balik. Para analislah yang menjadi penyebabnya.

Sebagian analis, juga wartawan, memang cerdas. Kata mereka.

Tapi itu sebagian kecil. Mayoritas hanya sok pintar dan egois. Itu yang membuat Elon Musk sewot. Begitulah kira-kira rangkuman situasinya.

Inilah yang terjadi hari itu, Rabu lalu:
Elon Musk sudah menjawab beberapa pertanyaan dari penelepon. Yang bisa diikuti oleh mereka yang bergabung di jaringan telepon itu.

Lalu ada penelepon yang mulai menanyakan sisi keuangan Tesla. Namanya Bernstein dari perusahaan securitas Toni Sacconaghi. Dia bertanya soal pembelanjaan ke depan dan uang yang masih diperlukan Tesla.

Beirnstein belum selesai bertanya. Elon Musk sudah memotongnya. ”Penanya berikutnya, silakan,” potong Musk.

Lalu analis Joseph Spak dari securitas terkenal RBC Capital Market bertanya. Berapa sebenarnya pembeli Tesla Model 3 yang sudah menerima mobilnya.

Tidak ada yang tahu kenapa boss Tesla, Elon Musk, begitu sewot hari itu. Yang justru menjadi penyebab jatuhnya harga saham yang mengejutkan tersebut.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News