Memahami Gagasan Pedro Arrupe Tentang Pendidikan Solidaritas

Oleh Odemus Bei Witono - Direktur Perkumpulan Strada, Pemerhati Pendidikan

Memahami Gagasan Pedro Arrupe Tentang Pendidikan Solidaritas
Direktur Perkumpulan Strada sekaligus Pemerhati Pendidikan Odemus Bei Witono. Foto: Dokumentasi pribadi

Dalam refleksi, Arrupe tergerak untuk berempati peduli terhadap sesama, teristimewa yang menderita, termarjinalkan, dan tertindas.

Pandangan Arrupe tentang pendidikan tidak terlalu banyak, sedikit saja tetapi sangat berbobot.

Dia dipengaruhi pandangan Loyola mengenai esensi pendidikan. Dalam Otobiografi, Ignatius (ed. Ganss, 1991) berpendapat bahwa Tuhan memperlakukan dirinya seperti seorang guru terhadap murid.

Dengan demikian peran pendidik sangat penting dalam membimbing generasi muda menjadi pribadi cerdas, peduli, bertanggung jawab, dan berjiwa melayani seperti yang dihendaki Allah.

Arrupe di hadapan alumni kolese/sekolah Jesuit, pada tanggal 31 Juli 1973 mengatakan dalam sebuah pidato, “Manusia bagi sesama” yang oleh Kolvenbach disempurnakan menjadi “Manusia bagi dan bersama sesama”.

Banyak yang memuji pidato ini sebagai titik dasar untuk pergeseran pendidikan Jesuit ke fokus yang lebih besar, yaitu pada pendidikan iman, dan keadilan.

Pendidikan yang memperhatikan dimensi manusia bagi dan bersama sesama merupakan bentuk perlawanan terhadap proses dehumanisasi yang makin menguat di banyak lini kehidupan modern, dan kontemporer.

Arrupe dalam banyak kesempatan resmi, menyuarakan pentingnya solidaritas dan keadilan. Orang perlu belajar solidaritas melalui penderitaan, penyesuaian budaya dan doa syukur yang mendasarkan hidup manusia pada keyakinan ilahi.

Tantangan menerapkan solidaritas ke dalam pendidikan Jesuit tidak berakhir di Arrupe, tetapi diserahkan kepada para penerus selanjutnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News