Membayangkan Hidup setelah Krisis

Asia Menjadi Penyelamat Kapitalisme

Membayangkan Hidup setelah Krisis
Membayangkan Hidup setelah Krisis
Sudah barang tentu terlalu dini membayangkan bagaimana ’’hidup setelah krisis’’ nanti. Bukankah krisis ini begitu hebatnya, sehingga belum tentu kita semua tetap hidup?

Dua hari lalu, seorang fund manager terkemuka sudah bunuh diri di rumahnya yang besar di kawasan elite New York, Madison Avenue. Dia adalah Villebuchet, yang dari namanya sudah bisa diketahui berdarah Prancis. Villebuchet adalah fund manager sukses yang mengatur uang milik orang-orang kaya Prancis. Uang itu ditempatkan di investment fund milik Bernard ’’Bernie’’ Madoff yang ternyata model investment uang berantai (lihat harian ini edisi 19 dan 20 Desember 2008).

Dana yang dikelola Villebuchet ikut jadi bagian dari uang Rp 600 triliun yang lenyap di tangan Bernie. Dua hari lalu, dia minta pembantu di rumahnya untuk pulang agak awal. Malam itu dia bilang akan lembur. Besoknya, ketika si pembantu datang, rumah tersebut terkunci. Dia ditemukan tewas dalam posisi duduk di kursi kerjanya yang mahal. Obat-obat yang mematikan terserak di mejanya.

Mungkin akan banyak yang mati seperti itu atau setengah mati. Keadaan dunia Barat (dunia kapitalis) sekarang ini sebenarnya ibarat masa akhir kehidupan Pak Harto. Yakni, ketika presiden kedua Indonesia itu berada di RS Pusat Pertamina. Beliau memang hidup, tapi sebenarnya sangat bergantung pada alat yang disebut ’’life support’’. Kalau alat itu dicabut, kehidupan langsung berakhir.

ANGGAP saja krisis keuangan dunia ini akan selesai akhir tahun depan. Bagaimanakah gambaran hidup setelah itu? Skenario pokoknya ada tiga. Pertama,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News