Menaker Minta Perguruan Tinggi Miliki Dua Orientasi

Menaker Minta Perguruan Tinggi Miliki Dua Orientasi
Menaker Hanif Dhakiri menjadi keynote speaker seminar nasional bertema "Tantangan Ketenakerjaan pada Proteksi Sosial dalam Menghadapi Industri 4.0" di kampus Pascasarjana Universitas Pancasila, Jakarta. Foto: Humas Kemnaker

jpnn.com, JAKARTA - Perguruan tinggi di saat era revolusi industri 4.0 hanya memiliki dua pilihan orientasi yakni menyesuaikan kebutuhan pasar kerja dan pembangunan kewirausahaan.

Orientasi Perguruan Tinggi yang terlalu akademis, tak akan memiliki relevasi dengan kebutuhan pasar kerja dan memperkuat wirausaha.

"Kita didik dan latih anak-anak dengan dua orientasi agar bisa masuk pasar kerja dan kedua agar mereka bisa membangun wirausaha," kata Menaker Hanif Dhakiri usai menjadi keynote speaker seminar nasional bertema "Tantangan Ketenakerjaan pada Proteksi Sosial dalam Menghadapi Industri 4.0" di kampus Pascasarjana Universitas Pancasila, Jakarta, Kamis (28/2).

Menaker mengakui, saat ini perguruan tinggi masih memiliki orientasi akademisi. Akibatnya banyak lulusan perguruan tinggi, yang kompetensinya masih dipersoalkan. Hanif meminta kalangan akademisi atau perguruan tinggi agar tak terlalu takut dan mengkhawatirkan saat memasuki era revolusi induatri 4.0. Menurut Menaker harus direspon dan diantisipasi secara memadai.

"Karena dia akan munculkan tantangan sekaligus menciptakan peluang-peluang baru, " kata Hanif didampingi Direktur Bina Standardisasi Kompetensi dan Pelatihan Kerja, Sukiyo.

Hanif menegaskan, yang perlu dilihat dari perjalanan revolusi industri 4.0 adalah proses transformasi industri dari tahap 1, 2, 3 dan 4 dari sisi durasi waktu berjalan lebih cepat. "Revolusi industri 4.0 lebih cepat. Beda dengan revolusi industri 1,2,3 lebih predictable. Tapi nanti jika perjalanan revolusi industri 5.0, akan jauh lebih cepat lagi dibanding kurun waktu sebelumnya," ujarnya.

Hanif menambahkan, yang membedakan revolusi industri 4.0 dibandingkan revolusi industri sebelumnya adalah kombinasi tiga hal sekaligus yang sangat penting. Pertama, manusia (SDM), mesin (robot) dan big data. Nah ketiganya menyatu dikolaborasi bersama sehingga membuat segala sesuatu menjadi sangat mudah.

"Tantangan industri kita bagaimana menjaga kompetitiveness dengan berbagai bentuk inovasi, " katanya.

Perguruan tinggi di saat era revolusi industri 4.0 hanya memiliki dua pilihan orientasi yakni menyesuaikan kebutuhan pasar kerja dan pembangunan kewirausahaan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News