Menanamkan Nilai Empat Pilar MPR Lewat Festival Budaya

Menanamkan Nilai Empat Pilar MPR Lewat Festival Budaya
Anggota MPR Fraksi Gerindra Elnino M. Husein Mohi saat pengarahan pada acara Sosialisasi Empat Pilar MPR di Gorontalo, Sabtu malam (1/12/2018). Foto: Humas MPR RI

Ratusan peserta berbaur dengan pengunjung mal tampak antusias menyaksikan acara Festival Budaya Gorontalo itu. Ada tarian tradisional Gorontalo yang dibawakan penari dari sanggar Meca Dancer, pembacaan puisi dalam bahasa Gorontalo (Tanggomo), Band, dan Stand Up Comedy.

Selain beragam seni budaya Gorontalo, acara festival budaya ini juga diselingi Talkshow, dengan narasumber: Elnino M. Husein Mohi, Sultan Rusdi, dan Muhamad Jaya. Dalam sesi tanya jawab, seorang peserta menanyakan tentang masih banyak fakir miskin dan anak-anak terlantar di kota-kota besar. Menjawab pertanyaan itu, Elnino menyatakan anak-anak terlantar harus dipelihara negara. Negara yang dimaksudkan adalah lembaga-lembaga negara, tapi yang melaksanakan sembilan puluh persen (90%) adalah Presiden.

Meski acara ini diselenggarakan di tengah keramaian pengunjung mal, ternyata cukup menarik perhatian dan dinilai sukses.

Kepala Bagian Pemberitaan, Hubungan Antar Lembaga, dan Layanan Informasi Biro Humas MPR, Muhamad Jaya, dalam laporannya menyebutkan, acara ini luar biasa. Selain sosialisasi dengan metode pageralan seni budaya ini pertamakali diselenggarakan di Provinsi Gorontalo. Acara ini juga pertama kali diselenggarakan di sebuah mal.

Selanjutnya, Muhamad Jaya menjelaskan anggota MPR termasuk Elnino, punya kewajiban untuk melakukan Sosialisasi Empat Pilar MPR. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai metode, seperti Training of Trainers (ToT), Lomba Cerdas Cermat (LCC), Outbound, Kemah Empat Pilar, dan sebagainya.

“Malam ini, di Gorontalo, sosialisasi Empat Pilar dikemas dalam bentuk Festival Budaya,” ungkap Muhamad Jaya.

Bukan tanpa alasan MPR memilih pagelaran seni budaya sebagai salah satu metode sosialisasi Empat Pilar. “Agar generasi muda mencintai budayanya, dan dapat mengangkat budaya tersebut di dunia global,” harap Muhamad Jaya.

Lebih dari itu, menurut Muhamad Jaya, melalui budaya kita merawat kebhinnekaan. Artinya, “Merawat kebhinnekaan harus dimulai dari merawat budaya,” katanya.

Sejak era refomasi Pancasila seakan tak lagi bersarang dalam pikiran warga bangsa Indonesia, dan lidah pun jarang mengucapkannya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News