Mencapai Ujung Barat Indonesia Sabang Lewat Samudera Hindia

Mencapai Ujung Barat Indonesia Sabang Lewat Samudera Hindia
CAKRAWALA BIRU: Suasana Pantai Ibouh di Pulau Rubiah. Foto: Aqwam Fiazmi Hanifan/Jawa Pos/JPNN.com

Jika Anda pencinta bangunan-bangunan kuno, berkunjunglah ke Sabang. Ada sekitar 80 gedung bergaya neoclassic dan art nouveu bekas Belanda yang masih utuh berderet rapi sepanjang jalan. Suasana yang damai dan tenang semakin mengukuhkan suasana pada masa silam.

Di Sabang memang tidak ada angkot atau motor yang ugal-ugalan. Bunyi klakson kendaraan yang terjebak dalam kemacetan tak akan kita dengar. Jalanan di kota ini teramat hening. Aspalnya mulus tanpa lubang. Jujur saja, saya belum menemukan kerusakan aspal yang berarti. Kenyamanan itulah yang membuat saya bisa menggeber motor dengan kecepatan 50–60 kilometer per jam tanpa henti.

Hanya butuh waktu beberapa jam untuk bisa mengelilingi seluruh lokasi wisata di sana. Maklum, luas Pulau Weh hanya 150 km2. Jalanan di Sabang berkelok, naik dan turun. Menyisir jurang, menelusuri pantai, dan menembus hutan.

Berkeliling di Sabang, Anda harus berhati-hati pada dua hal: babi hutan dan sapi. Merekalah penguasa jalanan. Beberapa kali saya sempat celaka karena mereka menyeberang dengan seenaknya. Huh!

’’Di sini, kecelakaan rata-rata karena sapi dan babi apalagi kalau malam. Karena tak ada lampu jalan, harus hati-hati, Bang,’’ ucap Zainal, warga lokal.

Reyhan Gufrian, mahasiswa semester akhir jurusan psikologi Universitas Syah Kuala, Banda Aceh, mengamati Sabang selama tiga bulan. Dia menelisik soal happiness index. Suatu hal yang rumit dan kompleks. Hasil penelitiannya, bagi penduduk Sabang, kebahagiaan adalah ketenangan.

Sosok itulah yang menemani saya berkeliling Sabang. Saya sempat tertegun saat melihat banyak sepeda motor terparkir dengan kunci kontak yang masih tergantung. ’’Di sini sudah biasa. Mau ditaruh semalaman juga motor itu gak akan hilang,’’ katanya.

Keamanan merupakan faktor penting fondasi dasar ketenangan. Alangkah terkejutnya saya saat datang ke Polres Sabang dan melihat laporan kasus kriminal yang terjadi di pulau itu. Per bulan hanya berkisar belasan kasus. Itu pun kebanyakan adalah kasus perkelahian. Bukan pencurian atau pembunuhan.

Sejarah mencatat, Sabang adalah kota para pelaut. Tak afdal jika saya tak memasukinya dari arah laut. Sabang, Pulau Weh, berada di ujung barat Sumatera.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News