Mencapai Ujung Barat Indonesia Sabang Lewat Samudera Hindia

Mencapai Ujung Barat Indonesia Sabang Lewat Samudera Hindia
CAKRAWALA BIRU: Suasana Pantai Ibouh di Pulau Rubiah. Foto: Aqwam Fiazmi Hanifan/Jawa Pos/JPNN.com

jpnn.com - Sejarah mencatat, Sabang adalah kota para pelaut. Tak afdal jika saya tak memasukinya dari arah laut.

Sabang, Pulau Weh, berada di ujung barat Sumatera. Sejatinya, ada dua akses untuk bisa mencapainya.

Lewat udara dengan memakai pesawat dari Bandara Kuala Namu, Medan, atau jalur laut menyeberang melintasi Samudra Hindia dari Pelabuhan Ulee Lheu, Banda Aceh. Yang terakhir itulah yang saya pilih.

Papan usang berwarna kuning langsung menyambut saat kapal hendak bersauh di Pelabuhan Balohan.

’’Selamat datang di kawasan pelabuhan bebas Sabang.’’ Kesuraman terasa menghinggapi dari pelabuhan di kota ini. Tak ada kebanggaan dari masa lalu yang bisa ditampakkan.

Pulau Weh punya sejarah masa lalu yang bisa dibanggakan. Seorang ahli bumi Yunani, Ptolomacus, Sinbad Si Pelaut, dan Marco Polo konon pernah mengunjunginya.

Pada masa penjajahan kolonial. Lokasi Sabang yang strategis membuat Belanda membangun sebuah dermaga. Sejak 1895, Sabang pun bergeliat menjadi pelabuhan bebas. Posisi sebagai pulau terluar di Selat Malaka menjadikan Sabang lebih sering disinggahi kapal dagang asing ketimbang Singapura. Di Nusantara, nama Sabang lebih harum daripada Sunda Kelapa.

Sabang yang dulu merupakan desa nelayan berubah jadi kota terpenting di jalur lalu lintas perdagangan dan pelayaran dunia. Tapi, itu dulu. Sejak 1985, Orde Baru mengalihkan pelabuhan bebas dari Sabang ke Batam. Akibatnya, kota tersebut kini sunyi dan sepi.

Sejarah mencatat, Sabang adalah kota para pelaut. Tak afdal jika saya tak memasukinya dari arah laut. Sabang, Pulau Weh, berada di ujung barat Sumatera.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News