Menebus Dosa, Bermalam di Penyabungan

Menebus Dosa, Bermalam di Penyabungan
Menebus Dosa, Bermalam di Penyabungan
SAYA harus minta maaf, entah kepada siapa. Sebagai orang yang harus mengurus kepentingan listrik untuk rakyat seluruh Indonesia, nyatanya saya baru tahu kali ini bahwa ada kota yang bernama Penyabungan. Ini pun saya ketahui secara kebetulan. Yakni saat saya melakukan perjalanan darat yang panjang dari Padang di Sumbar ke Siborong-borong di Sumut.

       

Sebagai penebusan dosa itu, saya memutuskan untuk bermalam di Penyabungan seraya membatalkan hotel di kota yang lebih besar, Padang Sidempuan. Apalagi saat tiba di  Penyabungan jam sudah menunjukkan pukul 23.00. Belum makan malam pula. Juga masih harus mengadakan rapat dengan para pimpinan PLN ranting se-Tapanuli Selatan.

  

Rapat tengah malam yang menyenangkan. Apalagi sudah tidak banyak?lagi persoalan. Semua pimpinan ranting sudah hafal di luar kepala jumlah trafo di wilayah masing-masing. Juga hafal berapa kali mati lampunya. Mereka juga hafal mengelola berapa penyulang dan berapa kali penyulang itu mengalami gangguan. Lalu, apa saja yang mengakibatkan gangguan itu. Dulu  tidak mungkin mengingat penyebab gangguan seperti itu saking banyaknya gangguan.

       

Satu-satunya persoalan berat di Tapanuli Selatan tinggal satu: ada sebuah penyulang yang kelewat panjang, sampai 300 km. Yakni penyulang yang mengalirkan listrik dari gardu induk (GI) di Sidempuan ke sebuah kota kecil yang terletak di pesisir barat Tapanuli. Yakni Kota Natal. Akibatnya, tegangan listrik di Natal sangat lemah. Tidak kuat untuk menyalakan TV di malam hari.?

  

SAYA harus minta maaf, entah kepada siapa. Sebagai orang yang harus mengurus kepentingan listrik untuk rakyat seluruh Indonesia, nyatanya saya baru

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News