Menelusuri Jejak-Jejak Komunisme di Ulan Bator, Mongolia

Patung Lenin dan Monumen Soviet Tetap Berdiri Tegak

Menelusuri Jejak-Jejak Komunisme di Ulan Bator, Mongolia
Monumen Zaisan Hill untuk mengenang komunisme di Ulan Bator, Mongolia. Foto : Farid Fandi/Jawa Pos
"Namun, saya melihat Partai Demokrat membawa harapan baru. Menyenangkan rasanya bekerja untuk politik. Kami sangat bersemangat menyambut sejarah baru ini," ucap gadis 23 tahun itu.

 

Chimska menambahkan, hampir 400 ribu di antara 1,8 juta pemilih (penduduk Mongolia 2,8 juta) mencoblos Partai Demokrat. "Itu prestasi tersendiri. Di tengah apatisme politik yang berkembang, terutama di kalangan kaum muda, angka tersebut sangat bagus," imbuhnya.

 

Di atas itu semua, Chimska mengakui bahwa komunisme menjadi bagian sejarah yang sangat penting bagi negerinya. Dia sepakat bahwa monumen dan patung yang menggambarkan kejayaan komunisme harus tetap dijaga sebagai bagian dari sejarah. "Selain pengingat, itu menjadi objek wisata yang baik," tegasnya.

 

Song Jae-sun, turis Korea Selatan yang saya temui, membenarkan perkataan Chimska. "Mongolia sebenarnya tidak ada apa-apanya. Jauh kalau dibandingkan dengan Bali. Namun, momunem ini termasuk objek wisata yang harus dikunjungi," ujar Song. (*/c4/ari)

Hingga 1990, Mongolia berada di bawah pemerintahan komunis. Jejak-jejaknya sampai kini masih terlihat, meski eranya telah berubah. Wartawan Jawa


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News