Mengapa Gantung Diri Sering Terjadi di Gunungkidul?

Mengapa Gantung Diri Sering Terjadi di Gunungkidul?
Tali untuk gantung diri. Ilustrasi: DH Illustration

Data Polres Gunungkidul selama periode 2015 – 2018 menunjukkan, jumlah kejadian bunuh diri per wilayah kecamatan berkisar 2 – 12 kasus. Kasus tertinggi pada 2012. Sebanyak 39 kejadian. Pada 2013 menurun menjadi 29 kasus. Setahun kemudian makin turun. Menjadi 19 kasus.

Namun pada 2015 kembali naik. Bahkan lebih dua kali lipat. Menjadi 31 kasus. Lalu pada 2016 ada 28 kasus dan 3 percobaan bunuh diri. Kemudian di 2017 tercatat 12 kasus.

Berdasarkan wilayah sebaran kasus bunuh diri terjadi di 11 kecamatan. Antara lain: Wonosari, Semanu, Playen, Semin, Karangmojo, Ponjong, Ngawen, Tepus, Girisubo, Rongkop, dan Gedangsari.

Kasus bunuh diri menjadi perhatian serius Polres Gunungkidul. Langkah pencegahan telah dilakukan. Bersama pemkab setempat, jajaran polres kerap melakukan sosialisasi dan penyuluhan di wilayah-wilayah yang kerap terjadi kasus gantung diri. Kendati demikian, kasus gantung diri tetap saja terjadi tiap tahun.

Anggota Satgas Berani Hidup Gunungkidul Ida Rochmawati mengatakan, ada bebera faktor penyebab bunuh diri dari aspek biologis, psikologis, dan sosial. Itu diawali dari depresi. Jika gejala depresi diketahui dan diatasi sedini mungkin, kata Ida, pencegahan aksi bunuh diri lebih memungkinkan.

Makanya, hal tersebut perlu penanganan serius sedini mungkin. Oleh semua pihak. Baik pemerintah, aparat, maupun masyarakat. “Semua pihak harus paham dan mengenali faktor risiko bunuh diri,” ujarnya.(gun/yog)

 


Angka kasus gantung diri di wilayah Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, masih cukup tinggi.


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News