Mengenal Jaleela, Kebaya Asal NTB yang Disukai Pasar Asia Hingga Eropa

"Banyaknya potongan-potongan kain yang tidak digunakan memicu kami untuk mulai memikirkan manfaat dari sisa kain tersebut," ungkap Putri.
Akhirnya, kata Putri, tercetuslah sepatu dan tas, sebagai langkah awal mengurangi limbah kain dan mengolahnya menjadi barang yang bernilai jual.
"Setiap motif yang ada memiliki makna khusus sesuai dengan konsep yang ditentukan," paparnya.
Produk tas maupun sepatu tersebut menjadi fashion item yang melengkapi set kebaya dan rok dengan pilihan warna yang senada.
"Penggunaan bahan yang sama antara kebaya, tas, dan sepatu mempermudah customer memiliki penampilan yang matching dengan harga terjangkau" jelasnya.
Tak hanya itu, Jaleela juga mengupayakan peningkatan perekonomian bagi 50 penjahit perempuan.
Putri mengatakan pemberdayaan para penjahit perempuan lokal di NTB dilakukan sejak awal Jaleela didirikan.
"Para penjahit perempuan ini dominannya merupakan ibu-ibu penjahit rumahan yang memiliki kemampuan menjahit yang baik, namun, sulit mendapat pekerjaan yang layak," katanya.
Kebaya Jaleela yang unik tidak hanya mampu menarik minat pasar nasional, tetapi juga Asia dan Eropa.
- UMKM Perempuan Binaan Pertamina Dara Baro Buktikan Limbah Sisa Kain Mampu Mendunia
- Gemar Pakai Pakaian Tradisional, Denada Akui Sempat Punya Ratusan Kebaya
- Lewat Cara Ini Denada Kenalkan Budaya Indonesia ke Sekolah Sang Putri di Singapura
- Jenama Fesyen Muslimah Laris Manis di KSFW 2025, Banjir Order Baju Lebaran
- Irressramadhan Kembali Hadir, Catat Tanggalnya
- Usung Wastra Nusantara, Althafunissa Kini Rambah Pasar Timur Tengah