Menggugat Diskriminatif, Lewat Sekolah Inklusif

Menggugat Diskriminatif, Lewat Sekolah Inklusif
Menggugat Diskriminatif, Lewat Sekolah Inklusif
REGLET plastik berwarna hijau masih terselip pada selembar kertas braille ketika Ismail, 16, siswa tunanetra di SMA Negeri 2 Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat, menjawab semua soal ujian mata pelajaran Matematika yang dibacakan dengan nada lembut oleh guru pembimbing bernama Elfauzdiah, Rabu (17/10) lalu. Ismail sengaja tidak menyimpan reglet yang merupakan alat bantu menulis braille bagi tunanetra ke dalam tasnya, karena  harus mengikuti satu lagi ujian sekolah, yakni ujian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Laporan: FAJAR RILLAH VESKY- Payakumbuh

Untuk menyelesaikan soal-soal ujian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,  Ismail tidak terlalu kesulitan. Mesti masih didampingi  guru pembimbing dan Wakil Kepala SMAN 2 Payakumbuh Irma Takarina, tapi remaja asal Nagari Batutaba, Kecamatan IV Angkek, Kabupaten Agam, ini bisa membaca sendiri lembaran soal yang ada di hadapannya, karena soal sudah disusun dengan huruf braille atau sejenis sistem tulisan sentuh untuk mereka yang mengalami gangguan pada indra penglihatan.

Hanya berselang satu jam setelah terbenam dalam soal-soal ujian sekolah tersebut, Ismail menyerahkan lembaran jawaban berupa kertas continius form kepada guru pembimbing yang setia mendampinginya dari hari ke hari.  "Alhamdulillah, ujian Matematika dan PPKN hari ini telah selesai. Saya pulang dulu, mau menghafal pelajaran untuk ujian besok," ujar Ismail seraya memegang  tongkat putih berlipat empat yang biasa dijadikan alat bantu berjalan oleh para penyandang tunanetra.

REGLET plastik berwarna hijau masih terselip pada selembar kertas braille ketika Ismail, 16, siswa tunanetra di SMA Negeri 2 Payakumbuh, Provinsi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News