Menghilang untuk Bisa Banyak Belajar

Menghilang untuk Bisa Banyak Belajar
Dahlan Iskan. Foto: dok.JPNN

Di negara komunis itu Shila tidak menyembunyikan kemuslimahannya. Justru lebih menjadikannya ciri khas. Waktu menyanyi di Malaysia rambut Shila masih terurai. Kini di Tiongkok dia justru berhijab. Hanya saja pakaian muslimahnya itu tidak membatasi geraknya. Jingkraknya tetap jingkrak rocker saat Shila membawakan lagu rock.

Kita pun punya calon Shila di Indonesia: Indah Nevertari. Juara Rising Star Indonesia di RCTI bulan lalu. Bukalah youtube. Lihat keduanya: bandingkan!

Lalu saya ke Spanyol. Tanpa sungkan dinilai sering ke luar negeri.

Resminya untuk liburan keluarga. Tapi sebenarnya ada agenda tersembunyi yang saya rahasiakan dari istri dan anak-menantu. Semula tujuan liburannya ke Turki dan Libanon. Gagal. Gara-gara keluarga tahu saya berniat "menyelinap" ke Damaskus, ibukota Syiria yang lagi bergolak. Jiwa kewartawanan saya menanggil. Kalau jadi ke Libanon, saya ingin menghilang satu hari ke Damaskus. Kalaupun sulit ke sana (karena lagi perang) saya akan ke Gunung Kelima yang jadi judul novelnya Paulo Coelho itu. Yakni gunung pemujaan umat nabi Elia (versi Injil) yang musryik dengan membuat patung sapi (versi Quran surat Al Baqarah).

Keluarga akhirnya memilih ke Spanyol. Agenda rahasia saya tidak beresiko: 1). melihat proyek pertama di dunia: Pembangkit Listrik Tenaga Cermin. 2).  Melihat kemajuan sistem perkeretaapian di Spanyol. Ini karena saya dulu sering memberangkatkan anak-anak muda PT KAI yang dikirim Dirutnya, Pak Ignasius Jonan ke Valencia untuk inspirasi pembenahan kereta api Indonesia. Karena itu saya menyelipkan nama Valencia sebagai salah satu kota tujuan liburan.

Di samping Madrid, Toledo, Cordoba dan Barcelona. Alasan resminya: agar bisa nonton pertandingan liga Spanyol yang hari itu seru: Valencia lawan Real Madrid. Tapi sebenarnya saya hanya ingin sebanyak mungkin naik kereta api. Ke semua tujuan tadi. Baik antar kota besar yang ternyata keretanya sudah berkecepatan 300 km/jam, atau antar kota kecil yang ternyata keretanya juga sudah berkecepatan 250 km/jam.

Spanyol ternyata lebih menyenangkan dari yang saya bayangkan. Juga tempat belajar yang baik.***

         Dahlan Iskan
Mantan CEO Jawa Pos

SALAH satu kebebasan yang saya nikmati saat ini adalah bisa kembali belajar dengan leluasa. Belajar apa saja. Dulu, saya  mewajibkan diri agar

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News