Mengintip Raisa dan Afgan yang Ikut dalam Quran Indonesia Project

Mengintip Raisa dan Afgan yang Ikut dalam Quran Indonesia Project
PROYEK AKHIRAT: Archie Wirija, Pasha Chrismansyah, dan Narendra Pawaka di ’’studio’’ mini Quran Indonesia Project. Makin banyak yang bergabung dalam proyek itu. (Raka Denny/Jawa Pos)

’’Bayangannya, Quran itu bisa didengerin saat terjebak macet atau lagi nunggu sesuatu. Misalnya nggak sempat baca (Alquran), minimal mendengarkan,’’ ucap mahasiswa jurusan production management and performing arts Universitas Pelita Harapan (UPH) Jakarta itu.

Ide tersebut lalu dia garap bersama dua teman kampusnya, Pasha Chrismansyah dan Narendra Pawaka, yang mengambil jurusan sound design. Archie bertindak sebagai produser, Pasha dan Eda –sapaan Narendra– mengerjakan editing.

Mereka bertiga merumuskan konsep project itu. Siapa saja yang akan diajak bergabung dan konten apa saja yang bakal disampaikan kepada audiens. Konsepnya, selain bacaan Alquran, Quran Indonesia Project berisi terjemahan dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

’’Kalau baca sekaligus dengan artinya kan lebih meresap,’’ kata Pasha yang merupakan putra (alm) penyanyi legendaris Chrisye. Semua itu ditujukan agar makna yang terkandung di dalam Alquran lebih dimengerti dan bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika mereka mengajukan ide itu lewat media sosial (medsos), sebagian orang sempat menolak bergabung dengan alasan belum bisa membaca Alquran atau bacaannya belum bagus sehingga takut salah. Awalnya hanya 15 orang yang bergabung. Menariknya, yang pertama bersedia menjalani rekaman audio Alquran adalah Zivanna Letisha, Puteri Indonesia 2008, yang merupakan sahabat Archie. Kemudian, penyanyi Afgan, Raisa, dan Tasya menyusul masuk dalam 15 kontributor pertama.

Setelah itu, gaung proyek tersebut meluas lewat medsos. Acha Septriasa, Gita Gutawa, Kunto Aji, Dimas Seto, komika Ge Pamungkas, dan sederet kontributor lain dari berbagai kalangan turut bergabung. Konsepnya memang menyasar anak muda secara luas.

’’Tidak harus membaca sebagus qari atau hafiz. Kita di sini sama-sama belajar,’’ tutur Eda.

Selama proses rekaman, Archie dkk selalu menghadirkan pembimbing dari Lembaga Pelatihan dan Pengembangan Pendidikan Alquran Madani agar pembacaan tepat sesuai dengan tajwid. ’’Setelah tahu ada pembimbingnya, mereka lebih tenang dan akhirnya mau ikut,’’ lanjut putra artis Ayu Diah Pasha itu.

Memanfaatkan perkembangan teknologi, tiga anak muda menginisiatori rekaman audio bacaan Alquran dalam bahasa Arab, Indonesia, dan Inggris yang bisa

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News