Mengungkap Sisi Lain dari Lembah Dosa di Kendari

Mengungkap Sisi Lain dari Lembah Dosa di Kendari
Relawan PKPU Sultra memberikan pendidikan agama ke anak-anak di permukiman Lembah Dosa. Foto: Hadrian Indra Mapa/Kendari Pos

Selain kasus pencurian, Lembah Dosa juga kerap menjadi lokasi pesta miras dan sumber keributan. Setiap malam, pesta miras tak terlewatkan di daerah itu. Minuman keras dianggap sebagai pelarian bagi mereka dari persoalan peliknya kehidupan. Kesenjangan sosial sangat tinggi. 

Delapan kepala keluarga itu terkesan terasingkan dari masyarakat sekitarnya. Bahkan, mereka tak pernah mendapatkan jatah bantuan dari pemerintah. "Lembah Dosa itu hanya tudingan segelintir orang," ungkap Firman, salah seorang warga, seperti dikutip dari Kendari Pos, Rabu (1/6).

Firman membantah tudingan itu. Kerabatnya bukanlah pelaku kejahatan. Tudingan yang dilontarkan segelintir orang bahwa jika ada kasus kecurian pelakunya diduga berasal dari Lembah Dosa tidak memiliki bukti yang kuat.

Awalnya, Firman bersama kerabatnya tak menerima julukan Lembah Dosa itu. Mereka risih. Soalnya, predikat Lembah Dosa sangat buruk dampaknya terhadap perkembangan psikologis anak-anak di daerah itu. "Tapi lama-kelamaan, kami tidak mau pusing. Biarkan saja mereka menuduh kawasan ini sebagai Lembah Dosa. Tudingan itu tidaklah benar," kesal Firman.

Tahun 2015, pemukiman warga yang dihuni 44 jiwa itu menjadi perhatian berbagai lembaga sosial. Salah satunya, Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Sulawesi Tenggara. PKPU berusaha masuk ke Lembah Dosa untuk membentuk komunitas di daerah itu dalam rangka perbaikan moralitas. Anak-anak yang putus sekolah dihimpun dan diberi pendidikan gratis. Pembinaan akhlak, spritual, dan keterampilan hidup diajarkan. 

PKPU memberikan edukasi tentang agama. Mereka dididik bisa baca tulis Alquran. Tantangan bisa masuk ke kawasan tersebut tidaklah mudah. PKPU butuh perjuangan dan kesabaran. Mereka pun dizinkan oleh para orang tua memberikan pendidikan agama pada anak-anak mereka. "Restu orang tua mereka menjadi peluang bagi kami," ungkap Wa Ode Rahmawati, Kabid Pemberdayaan Masyarakat PKPU Sultra. 

Para orang tua tak ingin ikut belajar agama. Namun, mereka tidak melarang anak-anaknya belajar mengaji. "Kami sangat hati-hati dalam memberikan pendidikan agar bisa mengubah cara berpikir mereka. Misalnya, kami mengajarkan bahwa mengambil barang orang lain tanpa izin, itu tidak baik. Kami tidak menggunakan kata mencuri tapi mengambil barang orang lain tanpa izin. Alhamdulillah, perkembangannya sekarang sangat signifikan. Lembah Dosa yang dikenal sangat ekstrem dulu, kini perlahan membaik. Minimal kami bisa memutus mata rantai kebiasaan buruk yang terjadi di wilayah itu pada anak-anak mereka," ungkapnya.

Firman juga bersyukur dengan kehadiran PKPU. Pendidikan yang diberikan pada anak-anak mereka dianggap sangat membantu. "Biasanya anak-anak kami belajar bersama tim dari PKPU setiap sore," ujar Firman. (hadrian indra mapa/*/b/jpnn)


DERETAN rumah warga berdindingkan papan tampak di Jalan Permai (dekat SMPN 12 Kendari). Ada delapan unit rumah. Ada yang beratapkan seng, ada pula


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News