Mengunjungi Pesantren Al-Zaytun bersama Menag, ketika Gencar Dituduh Markas NII

Ada "Paspor" untuk Keluar-Masuk hingga 500 Ribu Pohon Jati

Mengunjungi Pesantren Al-Zaytun bersama Menag, ketika Gencar Dituduh Markas NII
Menag Surya Dharma Ali bersama Panji Gumilang di Pondok Alzaitun, kemarin (11/5). Foto; Hilmi Setiawan / JAWA POS

Setelah berkeliling, SDA kemarin mengungkapkan bahwa dirinya datang ke Al-Zaytun untuk tabayyun atau klarifikasi. "Di luar, kabar tentang Al-Zaytun sudah marak. Apakah ada kaitannya pesantren ini dengan NII?" tutur SDA. Selain itu, SDA menanyakan apakah soal pendanaan juga menggunakan sistem NII.

   

Panji terlihat cukup enteng menjawab pertanyaan tersebut. Dengan tegas dia menyangkal bahwa pesantrennya disebut menjadi bagian atau terlibat gerakan NII. "Gerakan itu (NII) memang pernah ada di negara ini. Tapi, sejak 1962 sudah dibubarkan," tandas Panji. Para petinggi gerakan yang didirikan pada 1949 itu sudah meminta seluruh anggotanya masuk lagi ke NKRI.

   

Lalu secara individu apakah Panji pernah masuk NII? Dia kembali menegaskan bahwa dirinya tidak pernah masuk atau keluar NII. "Bagaimana saya keluar, wong tidak pernah masuk,? jelas alumnus Pesantren Darussalam Gontor, Ponorogo itu.

   

Terkait dengan persoalan finansial, Panji menjelaskan, semuanya didapat dari uang siswa dan usaha ekonomi pesantren. Misalnya, pertanian padi dan perkebunan jati. Selain itu, dia mengatakan bahwa beberapa sahabatnya memberikan bantuan dana. Tapi, Panji enggan membebernya. Dari beberapa dokumentasi foto di kediamannya, jumlah foto Soeharto tampak lebih banyak. Foto tokoh nasional lain yang terpajang adalah B.J. Habibie dan Jusuf Kalla.

Di Indonesia, mungkin hanya Pondok Pesantren Al-Zaytun di Indramayu, Jawa Barat, yang penjagaannya sangat ketat. Apalagi, ketika pondok itu disebut-sebut

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News