Menikah dengan Teroris atau Dapat Misi Bunuh Diri?

Menikah dengan Teroris atau Dapat Misi Bunuh Diri?
Ilustrasi. Foto: from bbc

Tubuh Aisha bergetar. Nyalinya langsung ciut. Dia tahu, gilirannya segera tiba. Tetapi, tidak hari itu. Dia masih diberi kesempatan untuk hidup. Dia tinggal sebagai sandera Boko Haram di kamp milisi. Tidak lama memang. Sebab, bagi seorang gadis seperti Aisha, Boko Haram punya aturan baku.

Dikawini atau hidupnya diakhiri. Caranya, dikirim ke area musuh sebagai pelaku bom bunuh diri. ’’Mereka menanyai saya, ’Kamu memilih untuk kami tiduri atau menjalankan misi dari kami?’’’ kata Aisha.

Remaja yang minta agar nama aslinya dirahasiakan itu jelas tidak mau begitu saja menyerahkan kehormatannya kepada Boko Haram. Karena itu, meskipun tahu pilihannya tidak tepat, dia tetap memilih menjalankan misi sebagai pelaku bom bunuh diri. Menjadi budak seks Boko Haram, bagi Aisha, lebih hina jika dibandingkan dengan mati.

Saat harinya tiba, Aisha tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya. Ketika Boko Haram memasangkan sabuk bom bunuh diri di pinggang kecilnya dan lantas menutupi peledak itu dengan menggunakan hijab panjang, wajah Aisha langsung pucat. Aisha diminta untuk berbaur di keramaian, kemudian menekan alat pemicu.

Aisha tidak mau menjadi pencabut nyawa orang-orang yang tidak berdosa hanya karena Boko Haram memerintahkannya. Dia pun lantas mengubah rute. Semula dia terpikir untuk berjalan ke tempat sepi dan meledakkan diri agar tidak ada orang lain yang tewas bersamanya. Saat hendak menjalankan misi pribadinya itu, Aisha melihat ada beberapa tentara di sekitarnya. Dia lantas mendekati mereka.

’’Adik saya meledakkan diri di tempat ini dan membuat teman-teman kalian terbunuh. Dia hanya menjalankan perintah. Dia tidak tahu apa-apa. Tetapi, saya tidak mau seperti itu. Tolonglah, saya. Lepaskan bom dari tubuh saya ini,’’ katanya.

Sambil memohon, Aisha menangis. Dia berusaha meyakinkan para serdadu itu bahwa dirinya bukan pembunuh dan juga tidak mau meledakkan diri di sana. Dia ketakutan.

Entah air mata, suara, atau ketulusan hati Aisha yang membuat para tentara itu akhirnya luluh. Mereka mendekati Aisha dan dengan sangat hati-hati melepaskan peledak dari tubuh bocah perempuan tersebut. Setelah itu, Aisha diamankan di barak militer sebelum dikirim ke Unicef untuk mengusir trauma.

Teroris bertanya kepada Aisha, kamu memilih untuk kami tiduri atau menjalankan misi bunuh diri?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News