Menikmati Ojek Birmingham Small Arms di Pematang Siantar

Jadi Motor Khas Sekelas Tunggangan Valentino Rossi

Menikmati Ojek Birmingham Small Arms di Pematang Siantar
Menikmati Ojek Birmingham Small Arms di Pematang Siantar
   

Memang, jalanan di kota pimpinan Wali Kota Hulman Sitorus itu memiliki konfigurasi naik-turun dan tikungan tajam. Itulah sebabnya, pada awal-awal pembangunan Kota Siantar pasca kemerdekaan dibutuhkan kendaraan berkekuatan besar. Dan, motor BSA dianggap paling cocok untuk mengarungi jalanan Kota Siantar yang berliku-liku itu.

   

Putera menjelaskan betapa bandelnya motor BSA. Bila dibandingkan dengan Norton yang juga keluaran Inggris dan BMW dari Jerman, BSA tidak kalah. Gardan kedua motor tersebut termasuk gampang rusak. Sedangkan motor Ariel Motorcycle, sistem pemompaan olinya mudah rusak. "Itu kalau di sini lho ya," jelasnya.

   

Hingga kini motor BSA masih bisa diandalkan untuk mencari penghidupan bagi para pengojek. Setiap hari seorang pengojek mampu mendapatkan penghasilan sekitar Rp 300 ribu atau sedikitnya 10 penumpang. Pasalnya, tarif ojek spesial itu minimal Rp 30 ribu sekali jalan. Tarifnya juga bergantung pada jarak yang ditempuh. "Lumayanlah bisa untuk menghidupi keluarga meski sederhana," ujar Putera.

   

Kendati masih dibutuhkan masyarakat, keberadaan ojek BSA makin terdesak. Bukan karena munculnya kendaraan ojek lain yang menggunakan motor baru, tetapi godaan uang dari para kolektor. Sebab, ternyata banyak yang suka akan tongkrongan motor BSA. Bahkan, mereka bersedia membelinya dengan harga yang menggiurkan.

Motor gede (moge) umumnya dipakai untuk gaya hidup di perkotaan. Namun, di Pematang Siantar, Sumatera Utara, motor bersilinder 500 cc itu dipakai

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News