Meningkat Tekanan Bagi Pengungsi yang Masih Bertahan di Pulau Manus

Meningkat Tekanan Bagi Pengungsi yang Masih Bertahan di Pulau Manus
Meningkat Tekanan Bagi Pengungsi yang Masih Bertahan di Pulau Manus

Petugas imigrasi telah kembali ke pusat penahanan Pulau Manus untuk menghancurkan persediaan air dan tempat penampungan darurat, mereka makin menekan pengungsi dan pencari suaka yang masih bertahan di fasilitas itu untuk pergi.

Desakan terbaru ini dilakukan menjelang dua minggu setelah pusat penahanan itu ditutup secara resmi, dan di saat batas akhir lain untuk meninggalkan fasilitas itu bagi pencari suaka dan pengungsi yang masih tinggal di dalamnya telah berlalu.
"Saran kami kepada mereka adalah akal sehat harus dipakai," kata Komandan Polisi Pulau Manus, David Yapu hari ini (13/11/2017).

Mereka harus meninggalkan pusat penahanan dan pergi ke lokasi di mana ada layanan yang tersedia untuk mereka."

Meningkat Tekanan Bagi Pengungsi yang Masih Bertahan di Pulau Manus
Air terbuang dari tangki penyimpanan air hujan di Pulau Manus.

Twitter: Samad Abdul

Pada Minggu (12/11/2017) malam, Komandan David Yapu mengatakan, hari Senin (13/11/2017) adalah "batas waktu" bagi para pengungsi dan pencari suaka itu untuk meninggalkan pusat penahanan.

Namun dia mengatakan polisi tidak akan menggunakan kekerasan untuk menyingkirkan 379 pria yang masih berada di dalam.

Sementara itu, orang-orang di dalam pusat penahanan telah mengunggah banyak video dan foto di media sosial yang menunjukkan desakan baru untuk membuat mereka pergi.

Beberapa dari unggahan itu menunjukkan para petugas merobohkan  tempat penampungan sementara, dan yang lainnya menunjukkan petugas sedang menghancurkan keran di tangki air besar, dan air yang memancar dari perlengkapan yang dirusak.
Petugas juga mengisi sumur air yang telah digali para penguni dengan kotoran dan sampah.

Meningkat Tekanan Bagi Pengungsi yang Masih Bertahan di Pulau Manus
Foto-foto yang diunggah di media sosial menunjukan petugas imigrasi menguburkan tempat penampungan sementara air yang dibuat oleh para pencari suaka yang bertahan di fasilitas itu.

Twitter: Hass Hassaballa

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News