Meninjau Layanan Pendidikan Anak-Anak WNI di Davao, Filipina (1)
Bangga 31 Tahun Jadi Guru Honorer di Sekolah Indonesia
Rabu, 28 November 2012 – 00:28 WIB
"Kondisi itulah yang membingungkan siswa. Padahal, mereka sangat cinta Indonesia. Mereka ingin sekali berkunjung ke Indonesia suatu saat nanti," ujar Dedal kepada Jawa Pos.
Ibu dua anak tersebut menceritakan, dirinya mengajar di SID sejak Juli 1981. Itu berarti separo hidupnya diabdikan untuk mendidik anak-anak WNI di Davao. Meski sudah puluhan tahun mengajar di sekolah Indonesia, sampai saat ini statusnya masih saja guru honorer. "Sejatinya seperti yang lain, saya juga ingin jadi PNS," ujar istri mendiang Mansueto Dedal tersebut.
Tetapi, ketika gerbong mutasi guru honorer menjadi PNS dibuka lebar belakangan ini, usianya sudah terlalu tua. Aturan pemerintah Indonesia menutup akses pengangkatan guru honorer yang berusia 60 tahun menjadi PNS.
Dedal kemudian bercerita awal mula dirinya "terdampar" menjadi guru di SID. Memang, saat masih di Manado, dirinya sempat menjadi guru di SDN Remboken. Namun, setelah menikah dengan pria Filipina, Dedal terpaksa berhenti mengajar karena diboyong ke negara suami.
Nasib guru honorer yang memprihatinkan ternyata juga dialami guru-guru tidak tetap yang mengabdi di luar negeri. Salah satunya adalah Agustina Dedal
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor