Menjadi Ayah

Menjadi Ayah
Dahlan Iskan dan Rizal Abdi. Foto: disway.id

Begitu ditugaskan menjadi kepala bengkel di Mojokerto itu Rizal pun tahu: ini bukan lagi hanya masalah kepintaran teknis. Ini sudah menyangkut kemampuan manajemen dan leadership.

Namun yang lebih penting lagi: ini menyangkut mimpi untuk bisa mendapat jabatan kepala bengkel seperti ayahnya.

Ia tahu mengapa pemilik bengkel di Mojokerto itu tidak puas dengan dua temannya terdahulu: bengkel baru dan besar itu sering kosong. Setiap bulan hanya 14 mobil yang diservis di situ.

Rizal tidak mempersoalkan bahwa ia harus kehilangan status sebagai karyawan bengkel Honda. Ia harus pindah menjadi karyawan pengusaha Mojokerto itu.

Rizal tidak peduli. Toh ini penugasan dari Honda.

Pun ketika ternyata gajinya di Mojokerto lebih rendah dari apa yang ia terima di bengkel Honda Surabaya. Rizal tahu: kalau bengkel Mojokerto itu nanti maju penghasilannya pun akan ikut naik.

Begitulah sistem pengganjian di bengkel. Selalu dikaitkan dengan prestasi dan hasil kerja.

Begitu pindah ke Mojokerto Rizal pun melapor ke ayahnya: sudah berhasil menjadi kepala bengkel. Di usianya yang 29 tahun. Jauh lebih cepat dari yang dicapai sang ayah. Yang baru bisa menjadi kepala bengkel di umur 46 tahun. Itu pun bengkel kecil.

Hati-hatilah menjadi ayah. Anak Anda yang masih kecil pasti memperhatikan Anda. Diam-diam. Lalu merekam semua itu dalam kesadaran kecilnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News