Menjadi Orang Kuat dan Sanggup Memaafkan

Menjadi Orang Kuat dan Sanggup Memaafkan
AS.Laksana

Gandhi membuktikan kebenaran kalimatnya itu melalui setiap tindakan dan pilihan sikapnya untuk melakukan perlawanan tanpa kekerasan terhadap pemerintahan kolonial yang memperlakukannya sangat buruk. Contoh yang lebih dekat dengan zaman kita adalah Nelson Mandela, pemimpin perlawanan pada sebuah negeri yang dibelah oleh perbedaan warna kulit.

Dia harus mendekam di dalam penjara pemerintahan Apartheid Afirika Selatan selama 27 tahun dan mengalami pelbagai penyiksaan oleh rezim yang memerintah dengan nalar sempit.

Pada 1990, tidak lama setelah dia dibebaskan dari penjara, Mandela menyampaikan, ’’Amarah dan kekerasan tidak pernah bisa digunakan untuk membangun sebuah negara. Kami sedang berupaya melakukan sesuatu demi mendapatkan hasil terbaik, yang akan memastikan bahwa rakyat kami, baik hitam maupun putih, muncul sebagai pemenang.’’

Saya bersyukur bahwa di sepanjang sejarah kehidupan selalu tersedia teladan, yang darinya kita bisa belajar bagaimana melepaskan diri dari semangat massa dan bagaimana mengembangkan cara berpikir yang lebih sehat.

Sebagian di antara mereka adalah figur-figur besar dalam sejarah. Sebagian lagi adalah figur orang kebanyakan, seperti tetangga-tetangga kita di kampung, seperti juga Janice, perempuan kulit hitam AS yang kehilangan anak lelakinya dan bertarung mati-matian untuk memaafkan salah seorang yang terlibat dalam pembunuhan anaknya, Kevin.

Malam itu, Juni 2003, lima pemuda tanggung, sekitar enam belasan tahun, mendatangi dua pemuda sebaya mereka, Kevin dan sepupunya, malam itu sedang menunggu kereta setelah pesta bubar. Salah seorang mengarahkan moncong pistol dan menarik pelatuknya ke arah Kevin. Peluru menembus lehernya dan membuatnya lumpuh. Kevin meninggal tiga tahun kemudian. Sepupunya terhantam peluru pada rahang dan beruntung bahwa akhirnya dia bisa sembuh.

Michael tidak mengenal Kevin maupun sepupunya dan tidak melakukan apa-apa dalam penyerangan itu. Tetapi, bagaimanapun, dia bagian dari kelompok lima pemuda yang melakukan penembakan.

Di persidangan, ibunda Michael memeluk dan meminta maaf kepada Janice atas apa yang dilakukan anaknya dan kawan-kawan terhadap Kevin dan sepupunya. Michael melakukan hal yang sama. Empat temannya yang lain hanya memandangi adegan itu dan tidak melakukan apa-apa.

LEBARAN tiba lagi dan kita kembali saling menyampaikan kata maaf, sesuatu yang rutin setahun sekali. Sebagian orang bisa makan enak dan tersenyum

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News