Menjadi Pak RT di Masa Pandemi

Oleh: Muhammad Muchlas Rowi, Ketua RT 10/RW 14 Cakung Timur dan Komisaris Independen PT Jamkrindo

Menjadi Pak RT di Masa Pandemi
Komisaris Independen Jamkrindo Muhammad Muchlas Rowi. Foto: dok pribadi for JPNN

Untunglah salah satu warga yang kebetulan berprofesi sebagai dokter sudi untuk terjun dan melihat kondisi jenazah. Dokter yang juga merupakan isteri saya ini, harus memakai APD dan memastikan kondisi jenazah. Setelah dilakukan upaya medis, Jenazah pun akhirnya dapat dievakuasi dan mendapat fasilitas pemulasaran. Syukur alhamdulillah.

Saya sungguh tak bisa membayangkan, jika hal serupa terjadi di tempat lain. Apalagi di luar Jakarta. Yang sudah-sudah, pihak keluarga malah diinterogasi dan diintimidasi. Nir solidaritas, miris sekali.

Di tengah situasi yang amat sulit seperti saat ini, Ketua RT dituntut untuk memberikan kenyamanan dan ketenangan di tengah masyarakat. Mereka harus dibangun rasa solidaritasnya, untuk saling bantu antar sesama.

Bersama Ketua RW, Ketua RT perlu melakukan edukasi kepada warga. Jangan sampai Covid-19 dianggap sebagai aib. Sehingga bisa saling terbuka dan menolong.

Tanpa keterbukaan informasi, situasi malah jadi lebih sulit. Terjebak di balik jendela, tanpa suplai obat maupun makanan. Alih-alih sembuh, pasien isolasi mandiri bisa-bisa ngedrop lalu tutup usia.

Presiden Joko Widodo dalam beberapa kali Rapat Terbatas Laporan Gugus Tugas di Istana Merdeka sudah menekankan betapa pentingnya mengefektifkan peran kelurahan, desa, hingga RT dan RW untuk mengatasi pandemi Covid-19 yang kian mengganas.

Kuncinya, kolaborasi antara gugus tugas RT/RW dengan Pusat Kesehatan terdekat (Puskesmas). Identifikasi, pendataan dan pelaporan terhadap warga dengan gejala Covid-19 ke perangkat RW menggunakan perangkat online. Lalu laporkan ke Puskesmas setempat.

Saya sangat setuju dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nasir, jika kita harus ambil bagian menjadi pejuang di garis depan melawan wabah Covid-19.

Menjadi RT di tengah pandemi memang tak mudah. Apalagi di tengah kesibukan lain baik karena pekerjaan yang tetap menumpuk, tugas kuliah yang menggunung, maupun jadwal mengajar yang berderet-deret.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News