Menjawab Kritik Malaysia Soal Asap, Siti Nurbaya: Untuk Apa Berkelit?

Menjawab Kritik Malaysia Soal Asap, Siti Nurbaya: Untuk Apa Berkelit?
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan ( LHK), Siti Nurbaya. Foto: Humas KLHK

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar merespons kritik Menteri Energi, Teknologi, Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Malaysia Yeo Bee Yin soal karhutla di Indonesia.

Yeo sebelumnya meminta Indonesia tak perlu menyangkal fakta masuknya kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera dan Kalimantan ke negaranya.

Saat dikonfirmasi JPNN, Kamis (12/9), Menteri LIngkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI itu mengatakan, keterangannya pada Selasa (10/9) lalu, menjelaskan analisis data satelit 3 - 8 September 2019.

Saat itu dia meminta Malaysia objektif melihat kabut asap, jangan asal protes dan menutupi informasi.

Waktu itu Siti juga berencana mengirimkan nota protes kepada Pemerintah Malaysia dan juga ke Kedubes Malaysia di Jakarta, terkait kabut asap yang terjadi di Serawak, Malaysia tidak semuanya akibat dari kebakaran di Kalimantan. Pasalnya, tidak semua jerebu itu berasal dari wilayah Indonesia.

Menurut Siti, ada informasi yang tidak dibuka Malaysia, karena sebetulnya asap yang masuk ke Negeri Jiran, ke Kuala Lumpur, itu berasal dari Serawak dan Semenanjung Malaya, dan mungkin sebagian dari Kalimantan Barat.

"Data itu yang saya jelaskan. Saya minta supaya obyektif. Kalau yang dibahas data yang hari ini ya tentu lain dong situasinya. Makanya harus sekuensial dong melihat dan mengolah data," kata Siti, kepada JPNN, Kamis (12/9), merespons pernyataan Yeo melalui akunnya di Facebook dua hari lalu.

Pada keterangannya 10 September lalu, Siti menyodorkan data pengamatan citra satelit Himawari-8 dan Geohotspot BMKG, di mana asap yang terdeteksi di Semenjung Malaysia tanggal 5 – 7 September 2019 berasal dari local hotspot.

Lonjakan jumlah hotspot semakin terlihat hampir merata di wilayah Semenanjung Malaysia pada 7 September 2019 lalu sehingga mengakibatkan asap dan polusi udara.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News