Menpar Disentil Progres KEK Pariwisata Mandalika

Menpar Disentil Progres KEK Pariwisata Mandalika
Keindahan Lombok sebagai lokasi wisata juga belum lama ini mendapatkan legitimasi sebagai World Best Halal Tourism Destination. Foto: kemenpar.go.id

Menpar juga yakin akan komitmen, kementerian dan lembaga lain yang terkait dengan program percepatan 10 top destinasi pariwisata. Mereka pasti akan segera bergerak. Seperti Kemenhub, Kemen PU PR dan KemenBUMN, yang terkait dengan bandara dan akses menuju Mandalika. 

"Setelah infrastrukturnya cukup, akses direct flight dari Singapore, Malaysia, Timur Tengah dan China segera dikebut. Empat itulah sasaran market wisata halal yang potensial buat Lombok," kata Arief Yahya. 

Pria asal Banyuwangi ini juga sependapat dengan berbagai usulan untuk menggarap cluster wisata halal eksklusif. "Khusus di Pengembangan Destinasi, yang biasa menggunakan rumus 3A, atraksi, aksesibilitas dan amenitas, kami sudah mendiskusikan dengan tim. Tinggal eksekusi saja, kalau sudah setuju," kata dia. 

Tiga besar pembangunan atraksi di Lombok yang dirancang adalah: Moslem Friendly Beach (Kawasan Senggigi yang pantainya milik Pemprov NTB), Kota Tua Ampenan untuk dibangun seperti konsep Bukit Bintang Kuala Lumpur. Lalu Lighting System di Masjid Islamic Center. 

Soal akses, sedang melobi Direct Flight dari Pasar Utama, Singapura, Malaysia, dilanjutkan dengan Timur Tengah dan China ke Lombok Internasional Airport (LIA). Kedua, moslem friendly signage, papan petunjuk berbahasa Arab. Lalu Tourism Information Center (TIC) Moslem Friendly di Bandara LIA. 

Sedangkan amenitas, kata Menpar, yang terkait dengan penyediaan akomodasi, restoran, cafe, tempat bermain, dan lainnya dibuat tiga cluster. "High End Model (contohnya Oberoi Hotel), Middle Model (seperti Svarga Resort Villa) dan Low End Model (mirip Kuta Home Stay)," ungkap Menpar. 

Tetapi, sekali lagi Menpar Arief mengingatkan pemerintah daerah. Apakah sudah sadar akan potensi pariwisata? Apakah sudah menempatkan sektor pariwisata sebagai leading sector? Apakah sudah menempatkan seorang Kadispar yang terbaik? Dan sudah mengalokasikan sumber daya dan budget pariwisata yang terbaik? 
NTB sudah berkali-kali dicanangkan, sudah disaksikan RI-1 dan RI-2, sudah berkali-kali dijelaskan oleh Menpar. 

Event nasional seperti HPN 2016 sudah dipusatkan di sana. Tetapi actions di lapangan, terlalu minim dibandingkan dengan energi dan daya dongkrak yang sudah disupport ke daerah itu. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News