Menu Angkringan, Banyak Gorengan tanpa Sayuran

Menu Angkringan, Banyak Gorengan tanpa Sayuran
Menu angkringan yang biasanya dijajakan. Foto: SETIAKY A. KUSUMA/RADAR JOGJA

Dosen Program Pendidikan Gizi Kesehatan UGM ini mengaku pernah melakukan penelitian. Hasilnya, angkringan tidak higienis. Sanitasinya juga dipertanyakan.

Contohnya, pencucian peralatan dengan air seadanya. Seharusnya dengan air mengalir. Itu lantaran mayoritas angkringan berada di pinggir jalan.

”Air bersihnya susah, sehingga hanya satu atau dua ember digunakan untuk mencuci gelas dan piring,” kritiknya.

Dalam kesempatan itu, Lily juga menyinggung mengenai kualitas menu angkringan yang di-display hingga lebih enam jam. Menurutnya, hal tersebut memicu kemungkinan cemaran bakteri, sehingga berpotensi mengakibatkan keracunan.

”Makanan yang dipanasi berulang-ulang juga membuat zat gizinya rusak,” tambahnya.

Atas dasar itu, Lily mendorong perlu adanya standardisasi angkringan sehat. Bila perlu Pemprov DIJ mempersiapkan regulasinya. Pertimbangannya, angkringan termasuk ikon Jogjakarta. Tidak sedikit wisatawan yang penasaran. Kendati begitu, kata Lily, standardisasi harus disertai dengan pendampingan. Toh, pemprov memiliki dana keistimewaan (danais).

”Danais tak hanya digunakan untuk sarpras dan kesenian saja. Tapi (seharusnya) bisa untuk mengangkat makanan lokal untuk menjadi berkelas,” saran Lily menyebut hal itu bertujuan agar pendampingan dapat menjangkau seluruh pedagang angkringan.

Lily menceritakan, timnya pernah memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada sejumlah pedagang angkringan. Tim juga memberikan bantuan peralatan untuk mendukung keamanan kepada mereka. Hanya, jangkauan penyuluhan ini masih terbatas.

Aneka menu angkringan sebenarnya telah mengandung zat yang dibutuhkan tubuh., hanya saja sangat minim sayuran.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News