Menusuk Rindu

Oleh Dahlan Iskan

Menusuk Rindu
Dahlan Iskan.

Sang istri tetap di dapur membuat sambal baru.
Seorang wanita keturunan Tionghoa.
Yang tidak bisa bahasa Mandarin melainkan Hokkian.

Saya lihat putri-putrinya.
Setengah Arab.
Setengah Tionghoa.

Palu…

Kesegaran ikannya,
Kelegitan sambalnya,
Masih menempel di lidahku.
Sampai belasan tahun kemudian.
Sampai sekarang.

Palu…

Kutitikkan air mataku.
Kuremaskan genggam tanganku.
Marah.
Geram.
Tak berdaya.
Menyaksikan rakyat sengsara.

Tidak cukup listrik di sana
Di tahun 2009 itu.
Kulanggar hukum.
Kutabrak peraturan.
Demi listrik di sana.

Yang mati tiga kali sehari.
Kadang seminggu mati abadi…

Tidak terhitung. Entah sudah berapa kali. Saya ke Palu. Tempatku merintis koran. Tempatku mendidik wartawan. Tempatku menikmati makanan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News