Menyedihkan, Seperti Inilah Bentuk Truk Angkutan Pelajar di Perkebunan

Menyedihkan, Seperti Inilah Bentuk Truk Angkutan Pelajar di Perkebunan
Truk pengangkut pelajar anak karyawan perusahaan perkebunan di Tapteng. Foto: Metro Siantar/JPNN

“Bukan karena mereka malas sekolah, sehingga datang terlambat. Karena armada yang mereka tumpangi tidak memadai. Mereka tergantung hanya kepada transportasi yang disediakan perusahaan. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Apakah anak-anak ini patut kita salahkan kalau datang terlambat?” ketusnya.

Tak jarang, anak-anak karyawan ini harus berjalan kaki ke sekolah dengan menempuh jarak puluhan kilometer. Ini terjadi bila kendaraan yang mereka tumpangi mogok.

“Sudah sering mogok. Kalau sudah mogok, ini yang paling sedihnya, anak-anak harus jalan kaki untuk sampai ke sekolahnya. Apa boleh buat, truk pengangkut anak sekolahnya sudah gak bisa jalan lagi,” terangnya.

Jhon Piter menambahkan, dengan menumpang truk pengangkut anak sekolah yang disediakan perusahaan, anak-anak itu harus rela ditebari debu setiap harinya. Bila hujan turun, terpaksa seluruh pakaian dan tas sekolah berisi bukupun basah kuyup. Semua itu harus dilalui setiap harinya.

 "Tapi bagimana mau kita buat, sudah saya usulkan kepada pihak perusahaan untuk memperhatikan itu, jawabnya selalu akan kita usahakan. Nyatanya sampai sekarang tidak juga ada realisasinya,” bebernya.

Soal penetapan Ramadhani, supir truk yang menewaskan 17 pelajar tersebut sebagai tersangka, Jhon Piter mengaku kurang setuju. Menurutnya, kesalahan bukan hanya pada supir, namun kondisi fasilitas yang diberikan perusahaan memang tidak layak lagi untuk dioperasikan dan itu menjadi salah satu pertimbangan bagi pihak kepolisian untuk menetapkan tersangka lain.

“Saya kurang setuju kalau hanya supir yang jadikan tersangka. Okelah kesalahannya karena ngebut, memang sudah sering diperingatkan biar jangan ngebut-ngebut bawa mobil. Tapi supir bekerja sesuai perintah atasan. Disuruh bawa mobil ini, dibawanya, disuruh bawa yang itu dibawanya,” kata Jhon Piter berharap polisi berlaku adil dengan penetapan hukum. (*)

 


KECELAKAAN maut di Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumut, yang menewaskan 17 pelajar yang menumpang truk naas beberapa hari lalu itu, menambah deretan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News